Aleera berjalan perlahan menuju perusahaan besar milik keluarga Raesha. Saat sudah sampai di depan resepsionis kantor, Aleera memutuskan untuk menanyakan keberadaan Allesio kepada wanita yang sedang berdiri di meja resepsionis itu. Aleera tidak terlalu yakin kalau wanita itu akan mengizinkannya untuk bertemu dengan Allesio, apalagi mengingat kalau dirinya tidak ada janji dengan pria itu.
Lagian, Aleera juga binggung dengan dirinya. Kenapa ia harus datang ke sini dan jika ia diizinkan oleh resepsionis itu untuk masuk, ia tidak tahu apa yang akan ia katakan kepada Allesio. Astaga, apa alasan yang harus ia lontarkan kepada Allesio nantinya? Ah, ia binggung sekali.
"Apakah sudah pernah membuat janji sebelumnya untuk bertemu dengan tuan Allesio?" tanya wanita itu kepada Aleera. Aleera mengelengkan kepalanya.
Wanita resepsionis itu seperti sedang menelepon seseorang dan meminta Aleera untuk menunggu sebentar di sini. Tapi, anehnya, wanita itu sama sekali tidak menanyakan nama atau dari mana Aleera berasal. Sepertinya, Allesio sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun.
"Maaf, Bu. Tapi, tuan Allesio sedang tidak berada di tempat saat ini. Mungkin, ibu bisa membuat janji dengan tuan Allesio dan datang lagi di lain waktu." Ujar wanita itu sopan, jangan lupakan senyuman yang lebar itu. Tapi, wanita itu tidak menyadari kalau sebenarnya Aleera juga tahu akan kebohongannya. Ah, mungkin ini adalah cara wanita itu untuk tetap profesional di dalam pekerjaan yang ia geluti, kan?
"Terima kasih." Aleera berniat untuk pergi dari sana. Sampai Aleera melihat seorang wanita yang ia kenal baru datang dengan baju yang anggun dan elegan itu. Mungkin, juga bisa dibilang sedikit berlebih untuk hanya sekedar datang ke sebuah tempat kerja. Hei, baju itu lebih cocok di pakai untuk datang ke pesta atau suatu acara. Apalagi, baju itu terlihat sangat terbuka di mata Aleera.
Wanita itu adalah adik dari papanya. Wanita itu sepertinya sama sekali tidak menyadari kehadiran Aleera di sini.
Aleera membalikkan badannya memunggungi wanita itu. Bukan hanya wanita itu saja yang tidak mau bertemu dengannya, bahkan Aleera juga tidak mau bertemu dengan adik papanya itu.
"Nona Irene, tempat rapatnya ada di lantai 23," beritahu seseorang kepada wanita yang terlihat sangat glamor itu, Aleera tidak melihat ke arah tantenya itu, ia hanya mencoba untuk mendengarkan beberapa kata yang keluar dari mulut mereka.
Tante Irene sepertinya belum menikah hingga sekarang, kalau tidak salah, umur tantenya itu sudah menuju empat puluhan tahun. Tapi, Tante Irene malah lebih memilih untuk bergonta-ganti pasangan terus. Aleera tidak tahu bagaimana jelasnya mengenai hal itu, tapi Aleera juga tidak terlalu dekat dengan tantenya ini.
Tante Irene sering bolak-balik ke luar negeri, bisa dibilang juga kalau tantenya ini adalah orang yang hobi jalan-jalan dan sibuk menghabiskan uang hanya untuk membeli barang-barang branded. Mungkin itulah alasan papa untuk tidak menjadikan tantenya ini sebagai seorang CEO di perusahaan keluarga mereka. Tante Irene terlihat seperti seseorang yang suka melakukan hal seenaknya saja. Menurut Aleera, sih!
Tenang, tantenya ini bekerja dengan papanya di perusahaan yang sama tapi Aleera tidak tahu dimana lengkapnya jabatan dari tantenya ini.
"Aleera, kan?" Berbalik untuk menghindari Tante Irene, sekarang Aleera malah bertemu dengan mama Allesio. Mama Allesio berjalan masuk bersama seorang perempuan cantik yang tak berhenti mengandeng mama Allesio.
Tunggu, Ryu punya adik perempuan, kan? Kalau tidak salah, namanya Rin.
"Kak Al!" Rin berlari dengan cepat menuju ke arah Aleera dan langsung memeluk Aleera erat, mereka pun terkadang berputar-putar saking bersemangatnya Rin memeluk Aleera. Rin dan Aleera pernah bertemu beberapa kali, apalagi saat Ryu masih ada dulu. Padahal itu sudah sangat lama sekali, tapi anehnya Rin masih mengingatnya.
Ryu. Aleera jadi ingat lelaki baik itu.
"Rin!" Mereka berdua saling memeluk satu sama lain. Mama Allesio sangat senang saat melihat hal ini. Rin mungkin saja juga mau memiliki seorang kakak perempuan, pikir mama Allesio.
"Aleera makin cantik saja ya!" Puji mama Allesio ramah. Setelah melepaskan pelukannya dengan Rin, Aleera malah memperlihatkan wajah memerah kepada mama Allesio.
"Tante juga makin cantik!" Puji Aleera balik dan membuat mama Allesio salah tingkah.
"Kakak mau kemana? Aku sama mama mau ketemu papa untuk makan malam bersama. Kakak?" tanya Rin yang membuat Aleera terdiam membatu. Tunggu, apa alasannya tadi? Bertemu Allesio, kan?
Mama Allesio merasakan sesuatu yang berbeda dengan Aleera, hal ini malah berhasil membuat mama Allesio tersenyum.
"Kamu mau ketemu anak Tante, ya? Allesio?" Pertanyaan Mama Allesio malah membuat senyum lebar dari Rin langsung mengarah untuk Aleera.
"Wah, ada apa ini?;Jangan bilang kalau kakak Al dan Abang Al pacaran!" seru Rin dengan suara yang keras. Aleera mengelengkan kepalanya. Mana mungkin mereka akan berpacaran secepat itu.
Wait! Apa?
"Allesio sepertinya masih mau bekerja. Dia masih belum mau ditemui dari tadi pagi. Mama sempat menelponnya untuk mengajaknya makan malam, tapi Allesio menolak dengan gantinya Yasa yang akan menjadi sopir kita sekaligus ikut makan untuk menggantikan Allesio. Tapi, mama belum bertemu Yasa," beritahu mama Allesio sambil melirik ke arah handphone yang ada di tangannya.
Aleera melihat mama Allesio dari atas hingga bawah, lalu kembali ke atas lagi. Mama Allesio ini sangat cantik dan awet muda. Pakaian yang mama Allesio kenakan pun tidak terlalu glamor tapi masih bisa dibilang elegan. Apalagi mereka akan makan malam. Oh iya, Aleera baru sadar. Gaun yang kedua ibu dan anak itu pakai adalah baju yang dibuat oleh tangannya sendiri. Baju itu berasal dari butiknya.
Tiba-tiba Aleera jadi malu.
"Bang Al yang membelikan gaun ini, kak. Rin jadi cantik, kan, kak?" Rin berputar di depan Aleera, benar saja, bajunya terlihat cantik bersamaan dengan orang yang menggunakannya. Yah, Rin kan adalah gambaran mama Allesio saat masih muda, jadi wajar saja kalau Rin sangat cantik.
"Nyonya, maaf menunggu!" Di belakang mereka, datanglah seorang laki-laki berjas hitam yang pernah Aleera ingat. Seseorang yang ikut mencarinya di butik. Sementara itu, wajah Yasa terkejut saat melihat Aleera ada di sini. Saking tidak percayanya atas apa yang ia lihat, Yasa malah melihat Aleera dari atas ke bawah dan melihat ke arah wajah Aleera lebih lama lagi. Hal itu malah membuat Aleera merasa tidak nyaman.
"Yasa, sudah Tante bilang kamu itu tidak boleh memanggil Tante dengan sebutan nyonya!" seru mama Allesio marah. Yasa malah tersenyum kecil karena kemurahan hati mama Allesio ini. keluarga Allesio benar-benar adalah orang baik.
***
Bersambung