"Siapa yang sekarang sedang bersamamu, Al?" Suara papa Allesio terdengar datar sekaligus singkat. Tiba-tiba detak jantung Allesio berpacu kencang. Pertemuan tadi sudah diselesaikan oleh Yasa. Allesio merasa beruntung karena Yasa ada di sana dan menjadi sekretarisnya. Papa Nero pun tidak mengeluh untuk pertemuan barusan itu, walaupun tidak dihadiri oleh Allesio. Yasa dapat mengatur semuanya dengan baik. Allesio bersyukur ada Yasa.
Okay, sebenarnya Allesio malah berpikir kalau ia dan papa Nero sedang melakukan win-win solution. Papa Nero yang memaklumi apa yang Allesio lakukan dan Allesio yang akan tutup mulut masalah Nero yang bersikap kurang ajar kepadanya. Tapi, Allesio salah besar. Keluarga mereka memang hobi untuk merusak kebahagiaan orang lain.
Papa Nero itu malah memberitahukan hal ini kepada papanya. Mengenai Allesio yang tidak datang dalam rapat mereka. Sialnya, papa Nero sama sekali tidak memberitahukan kelakuan buruk anaknya itu kepada papa Allesio.
Sayangnya, Allesio tidak memiliki nyali untuk mengadukan kelakuan Nero kepada papanya. Hei, siapa Allesio? Dia hanya anak angkat.
Sialan!
Allesio mengalihkan pandangannya kepada Aleera yang sekarang juga sedang menatapnya. Saat mata mereka bertemu, Aleera dengan seenaknya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sepertinya wanita itu tidak mau bertatapan dengan Allesio Aten Raesha.
Allesio menghela napas.
"Aleera, Pa." Allesio tidak tahu seperti apa respon papanya jika mengetahui kalau ia sedang berada bersama Aleera. Apa mungkin papa akan memikirkan hal yang buruk? Entahlah!
"Kamu bersama Aleera? Tolong sampaikan kepadanya untuk pulang ke rumahnya sekarang. Papanya sudah memintanya untuk pulang dari beberapa hari yang lalu," mohon papa Allesio sambil tersenyum kecil di ujung sana. Allesio terdiam. Sungguh, ia baru saja bertemu dengan wanita ini dan dia tidak mau membuat wanita ini makin kesal dengannya.
"Pa, aku tidak mungkin mencampuri urusan orang lain," jawab Allesio sedikit keberatan. Papa Allesio mengelengkan kepalanya di ujung sana. Bersamaan dengan Aleera yang langsung pergi melangkahkan kakinya menjauhi Allesio.
Allesio yang menyadari hal itu langsung berlari mengejar wanita itu. Menahan tangannya setelah wanita itu sudah benar-benar bisa ia jangkau. Wajah Aleera memerah. Sepertinya wanita itu akan marah lagi kepada Allesio.
"Papa hanya minta tolong ke kamu. Aleera itu sudah beberapa tahun terakhir ini tidak kembali ke rumahnya. Papa hanya minta tolong kamu untuk menceramahi dia, sedikit saja," jelas papanya yang sangat tidak mungkin Allesio lakukan. Bahkan, pertanyaan Allesio tadi saja berhasil membuat amarah wanita ini meninggi.
"Baik Pa," jawab Allesio pasrah. Lagian, Allesio juga tidak bermaksud untuk menolak apa yang papanya katakan. Allesio hanya ingin menerangkan situasi kepada papanya saja. Setidaknya papanya mengerti kalau mungkin saja Allesio akan membuat wanita ini marah lagi kepadanya.
"Apa kau lihat-lihat?!" Sungguh itu bukan sebuah pertanyaan. Aleera seakan-akan selalu akan marah jika menatap mata Allesio. Allesio jadi binggung sendiri.
"Kau dari....mana?" Astaga, Allesio benar-benar tidak tahu dengan apa yang ingin ia katakan. Ia benar-benar tidak bisa berkomunikasi dengan perempuan ini.
"Aku ingin menceramahimu. Kau tahu, hal yang kau lakukan itu bisa saja menghancurkan seluruh usaha keluargamu?! Kau bisa saja membuat semua orang berpikir buruk tentangmu. Kau juga sudah menjadi CEO di sana kan? Seharusnya—"
Allesio baru tahu kalau Aleera sangat cerewet. Kalimat yang Aleera keluarkan mungkin akan menjadi kalimat terpanjang sejak mereka bertemu.
Hei, ini pertama kalinya mereka bertemu, kan?
"Kalau aku mengadukan hal ini kepada papamu, aku yakin papamu sudah sangat menyesal untuk mengangkatmu menjadi anaknya!"
Aleera tidak sadar.
Sampai wajah Alessio berubah pun, wanita egois ini masih tidak sadar dengan kata-kata yang barusan ia keluarkan. Sungguh!
Aleera hanya merasa kalau ia memiliki tujuan yang baik. Mengumbar emosi di depan orang lain bukanlah hal baik. Lagian wajah Allesio itu adalah salah satu aset perusahaan. Sudah beberapa kali Aleera melihat Allesio dijadikan model untuk beberapa produk dari perusahaan keluarga Allesio termasuk juga dengan perusahaan keluarga Aleera. Aleera merasa aneh saja, kenapa seluruh orang di kafe tadi masih tidak mengenali laki-laki yang sudah beberapa kali menjadi cover majalah bisnis itu.
Hei, Aleera hanya tidak ingin ada kerugian apapun jika terjadi sesuatu yang buruk kepada Allesio, just it.
Lagian, keberanian Allesio tadi membuat Aleera jadi merasa sedikit senang. Ternyata, Allesio adalah orang baik. Mungkin saja, sih. Kalau belum kenal, jangan sok menyebut orang lain itu baik. Ini pelajaran untuk kalian semua.
Awalnya, Aleera tadi ingin cepat-cepat menemukan mobilnya untuk mengambil tisu. Sungguh, Aleera ingin sekali menghapus darah yang mengalir dari sudut bibir Allesio itu. Hanya sedikit, tapi mengganggu sekali.
Okay, sepertinya Aleera harus mengurungkan niatnya. Allesio bisa dengan sendirinya menghapus darah itu dengan kemeja putihnya. Allesio menyeka darah itu dengan lengan kanannya, tepat di baju kemeja putih itu.
Dasar laki-laki bodoh!
"Boleh sekarang aku yang menceramahimu?" Aleera terdian sementara, sampai ia melihat mata Allesio yang sedikit berbeda dari yang tadi. Sangat berbeda malah. Mata itu menatapnya sangat tajam. Berbeda dengan tatapan hangat yang barusan Aleera lihat dari kedua mata laki-laki itu.
"Kau harus pulang. Papamu sedang mencarimu. Kau adalah anak perempuan dan kau masih menjadi tanggung jawab papamu..."
Allesio memajukan dirinya mendekati Aleera, membuat jarak mereka semakin dekat. Aleera tidak terlalu pendek untuk ukuran wanita, tapi tentu saja ia lebih pendek dari Allesio. Allesio menutup matanya, menghela napas panjang, lalu setelah itu ia membuka matanya yang langsung bertemu dengan mata Aleera.
"...Tidak usah berusaha berlari kalau kau tidak tahu di mana tempat pulang yang lain. Kau sudah memiliki tempat pulang yang diisi dengan orang-orang baik, tapi kenapa kau malah mencari tempat lain?"
Suara itu benar-benar lembut dan tatapan matanya pun tidak sesinis tadi. Aleera jadi binggung sekaligus membatu. Siapa sebenarnya Allesio Aten Raesha ini? Tiba-tiba ada rasa ingin memeluk laki-laki yang ada di depannya ini. Jangan tanyakan kepada Aleera dari mana rasa itu hadir, ia juga tidak tahu.
Mungkin, Aleera harus bertemu dengan pacarnya sekarang.
"Aku tidak perlu pendapatmu," Aleera langsung berjalan pergi dari sana. Okay, ia ingat di mana ia memarkirkan mobil miliknya.
Di sebuah parkiran supermarket yang ada di sebelah kafe tadi.
Allesio tidak tahu harus melakukan apalagi. Wanita itu pergi meninggalkan Allesio dengan amarahnya. Pasti wanita itu benar-benar tidak akan mau bertemu lagi dengan Allesio.
Mungkin lebih baik Allesio juga pergi dari sini. Jam kantor masih berlanjut dan belum usai. Lebih baik ia pergi sekarang, kan?
Lempar jauh-jauh jadwal ingin bertemu dengan Nero hari ini. Kata-kata Aleera tadi sudah lebih dari cukup untuk ia dengar hari ini. Ia tidak mau menambah kata-kata buruk lagi di telinganya ini. Sungguh!
***
Bersambung