Chereads / My AL / Chapter 14 - Alam Lain

Chapter 14 - Alam Lain

Yasa benar-benar tidak mengerti. Biasanya yang Yasa tahu, seorang Nero ini jarang dimarahi oleh papanya. Bahkan, laki-laki yang kelihatan sangat dewasa di depannya ini jarang sekali memarahi anak-anaknya.

Nero dan Nash. Nero baru saja magang di perusahaan ini. Kalau Nash, dia hampir sama dengan Allesio, pemimpin. Tapi, Nash malah memimpin salah satu perusahaan cabang di negara ini, sementara Allesio malah memimpin perusahaan pusat yang juga ada di negara ini.

"Jaga bicaramu, anak sialan!" teriak papa Nero kepada anak laki-lakinya itu. Yasa benar-benar terkejut dengan apa yang ada di depan saat ini, sama halnya juga dengan Allesio.

"Nero, lebih baik kamu kembali ke ruanganmu. Temui saya pada saat jam istira—"

"Al!" seru papa Nero tidak terima. Ia masih ingin memarahi anaknya yang sepertinya sudah sangat kurang ajar kepada Allesio. Bukannya apa, hanya saja siapa pun Allesio Aten Raesha, dia tetap adalah CEO dari perusahaan milik keluarga mereka. Jabatan mereka semua benar-benar masih di bawah Allesio. Apalagi kalau papa Allesio memutuskan untuk memberikan semua saham kepada Allesio.

"—hat nanti," Allesio masih melanjutkan perintahnya kepada Nero. Bukannya malah langsung pergi beranjak, Nero malah menatap Allesio dengan mata garangnya. Ia benar-benar marah dengan laki-laki ini. Dengan wajah yang sedikit biru di bagian pipi, dan bibirnya yang juga sedikit sobek mengeluarkan darah itu, Nero masih tidak bisa memaafkan apa yang Allesio lakukan kepada kekasihnya.

Allesio belum menceritakan semuanya dengan lengkap terkait masalah ini kepada Nero dan Nero pasti akan menemui laki-laki yang hidup berkedok sebagai CEO ini nanti. Beberapa pukulan nanti mungkin akan Nero sertakan kepadanya. Lihat saja nanti!

Nero langsung pergi dari sana dan Yasa pun mengikutinya dari belakang. Di sana, hanya tersisa papa Nero yang merupakan adik dari papa angkat Allesio, dan Allesio saja.

"Ini urusan saya, om. Selama ini masih di kantor dan masih jam kerja, maka semua ini adalah urusan saya," Sambil menatap mata papa Nero, Allesio mengatakan hal ini dengan penuh percaya diri.

Papa Nero terpaku sesaat. Dulu, anak ini sama sekali tidak berani menatap matanya. Dulu anak ini selalu menudukkan kepalanya saat bertemu dengan keluarga mereka. Sebenarnya berapa banyak keberanian yang anak ini punya hingga ia bisa kuat dan hebat seperti sekarang ini? Allesio Aten Raesha sangat berbeda dari Allesio Aten yang ia kenal dulu.

"Masih ada beberapa waktu lagi. Apa saya bisa pergi sebentar?" tanya Allesio lagi kepada papa Nero.

"Om akan tunggu di ruang rapat," Papa Nero langsung pergi dari sana. Mungkin menuju ruang rapat. Allesio pun ikut keluar tanpa membawa jasnya yang ia tinggalkan di kursinya. Anggap saja ia melupakannya.

Perasaannya sedang tidak baik sekarang ini. Mungkin lebih baik ia berjalan-jalan sejenak. Ah, mungkin ia akan telat datang rapat dan ia tidak perduli.

Daripada ia malah melampiaskan emosinya di tempat yang tidak seharusnya dan papa akan memarahinya, telat rapat mungkin akan terdengar lebih baik.

***

"Nero!" seru Yasa kencang saat Nero masih berjalan di lorong kantor. Sepi, tidak ada orang. Di sini tempat yang cocok untuk bicara dengan anak keras kepala ini.

"Nero!" Masih tidak berhenti. Karena takut Nero tak terkejar lagi, Yasa langsung menarik tangan Nero dan membuat Nero berbalik ke arahnya.

"Sakit, bodoh!" Nero menghempas tangan Yasa yang mengenggam tangannya erat. Ada rasa merinding di lehernya saat Yasa mengenggam tangannya. Menjijikkan!

"Kau itu tidak tahu terima kasih atau apa, hah? Seharusnya kau itu berterima kasih kepada Allesio karena ia sudah menyelamatkanmu dari amukan tuan Raesha," Yasa ingin membuka mata Nero, mengenai Allesio yang sebenarnya sudah menyelamatkan dirinya dari amukan papanya sendiri. Tapi, bukannya sadar, Nero malah diam saja dan terlihat sama sekali tidak tertarik dengan apa yang Yasa ucapkan sejak tadi.

"Kau ini!" Rasanya Yasa ingin memukuli Nero, tapi ia masih ingin bekerja untuk Allesio. Akh!! Sialan.

"Harusnya aku membunuhnya dan membiarkan papa melihat semua itu terjadi di depan mata kalian. Kau tahu, dia sudah merebut banyak hal dari kami. Kursi CEO itu, seharusnya kakakku yang mendudukinya. Dia juga berani membuat wanita yang kucintai meninggalkanku. Mungkin, dia akan merebut sesuatu darimu suatu saat nanti," Nero mencoba untuk menghasut Yasa, tapi Yasa sama sekali tidak terhasut.

"Kau itu tampan dan hebat. Ada banyak wanita di luar sana yang mungkin saja bisa dengan mudah kau dapatkan. Untuk apa kau memusingkan satu wanita yang tidak mau bertahan denganmu dan juga—"

"Playboy bodoh dan suka memanfaatkan wanita sepertimu tidak akan pernah tahu rasanya menjadi seperti aku yang sudah sangat mencintai satu wanita dan juga sudah membayangkan untuk hidup bersamanya di masa tua!" kecam Nero kepada Yasa.

Yasa malah tertawa keras. Sumpah, kata-kata Nero tadi seperti lelucon terbodoh dan terlucu yang pernah ia dengar.

"Kau yakin? Apa kau pikir dia mencintaimu karena kau adalah kau? Apa kau pernah memikirkan peluang kalau dia mencintaimu hanya karena harta milik orang tuamu, atau mungkin—" Belum selesai Yasa berbicara, Nero sudah berniat untuk memukulnya.

Tapi, Yasa malah berhasil menahan tangan Nero dan memutarnya. Membuat kini Nero lah yang merasa kesakitan dan meringis.

"Aku bukan Allesio yang akan diam saja saat kau pukul. CCTV akan memperlihatkan kalau kaulah yang memukuliku terlebih dahulu. Aku bisa menyangkal kalau aku hanya sedang melindungi diri," elak Yasa dengan suara kecil agar Nero saja yang bisa mendengarkan suaranya.

Walaupun sebenarnya tidak ada orang sama sekali di sini.

"Le-lepaskan aku.. Keparat," Yasa pun melepaskan Nero dengan wajah meremehkan. Nero malah makin ingin marah.

Okay, Nero sadar. Kekuatan Yasa memang jauh di atasnya. Mungkin sangat jauh.

"Kau harus bisa menyadari saat orang lain membantumu dan kau juga harus berterima kasih karena hal itu. Apa kau tidak bisa berlaku sopan dengan orang lain?" Yasa mulai lagi untuk menceramahi Nero. Nero dengan telinganya yang seperti sudah tertutup itu hanya diam sambil menundukkan kepalanya.

"—bahkan, kalau bukan karena Allesio, mungkin tuan besar Raesha juga tidak mau menerima kau disini," jujur Yasa pada akhirnya. Yasa benar-benar tidak bisa terima jika Allesio diremehkan seperti ini. Apalagi orang itu adalah orang-orang yang sering Allesio bantu. Harusnya Allesio tidak usah membantu orang-orang seperti mereka ini. Apalagi anak ini!

"Dia membuat orang yang kucinta pergi meninggalkanku. Dia membuat aku tidak akan mungkin bisa bertemu dengan wanita itu lagi," kata Nero dengan wajah sedihnya. Lagi-lagi matanya memerah. Yasa merasa sensasi jijik saat melihat laki-laki yang lemah karena wanita seperti Nero ini.

"Kau masih bisa berte—"

"Dia sudah di alam lain. Bagaimana mungkin aku bisa bertemu dia?"

***

Bersambung