Chereads / Asa yang Tertinggal / Chapter 2 - 1.Berdamai dengan hati

Chapter 2 - 1.Berdamai dengan hati

Malam ini hujan turun, nurul putri sulungku juga telah tertidur. Kupandangi raut wajah yang selalu mengemaskan, menjadi penyemangat untuk hati yang lara. Enam bulan terakhir ini diriku dan anak harus menahan rindu karna berpisah dengan suami. Bukan karna apa sejak memutuskan pulang ke sulawesi kehidupan keuangan kami tak senormal dulu. Hidup menumpang di rumah orang tua, kadang pun berpindah kerumah kakak yang pertama. Hal ini ku lakukan lantaran malu suami yang kirim uang pas pasan hanya untuk membeli popok si Kecil. Untuk makan menunggu, makan ala kadarnya saja. Kadang yang membuat diri sedih adalah si baby Yang belum genap setahun masih butuh nutrisi yang banyak. hanya saja lantaran tidak merasa enak kadang si baby hanya makan nasi di campir air saja. Malam ini adalah kali pertamaku mencurahkan isi hati yang selama ini membuat sesak di media ini,sesekali ngelirik baby yang tak mau pisah dari payudaraku. Walaupun sudah teridur berat baginya tuk melepaskan.Cara ini ku lakukan untuk meng healing dan membuat jiwa tetap sehat. Menjaga hati agar tetap berada di zona yang semestinya. Malam semakin larut tapi keinginan diri tuk tetap menulis masih ada.

***

"Hubby kapan kirim uang, popok Nurul udah habis ini sisa 4 sepertinya lusa uda habis! " pesan WA ku kirmkan ke suami.

Kulirik kembali handphoneku tapi sedari tadi hanya ceklis satu. Mungkin hpmya lowbet pikirku. Ku tinggalkan hp dan kembali bermain bersama anakku. Kucium keningnya

"sabar yah nak, abah pasti kirim uang,.. Doakan abah semoga rezekinya di sana banyak biar bosa kirimkan nurul uang buat belanja"

Hpku berdering.

"Wi.. Apa kabar?? Sabtu depan kami mau ke makassar ada event di sana, acaranya tiga hari. Setelah itu kita meet up yah? Kangen tahu udah enam bulan gak ketemu " kiriman Wa masuk dari sahabatku yang ada di Tarakan.

"Alhamdulillah baik ya.. Masya Allah senang sekali dengernya kalalu kamu mau datang. Ama siapa aja mau kesini? " balasku

Tak menunggu beberapa saat hp berdering lagi

"Ama Ustadzah dinda dan suaminya, ada Rakernas Yai di Makassar. Keingat kamu kalau ada di sana, jadi sekalian mau silahturahmi, " balas Ria

"hehehe aman sudah tuh kalau mau meet up, di tunggu kedatangannya yah" balasku di akhiri dengan emoticon tersenyum.

Belum sempat membalas lanjutan Wa dari Sahabatku Ria, Nurul memanjatiku dan menggingit bahuku. Seketika hp terlempar dan aku berteriak. Nurul lagi masa aktif aktifnya semua ingin di kuasai termasuk HP. Dia merasa tak nyaman jika bermain sendiri.jadi kalau ingin main hp di depannya harus permisi dulu dan jangan lama. Beberapa bulan lalu hp yang ku pakai ini pernah jadi bulan bulanannya hingga harus masuk Rumah sakit hp beberapa saat lantaran nurul memukul tangganku yng memegang hp sedangkan dia kepingin ditemani main, hp itu terlepas dan jatuh ke lantai hingga Layarnya retak dan ada gangguan di Suaranya.

***

"Wi.. Tolong kemari"

Kakak yang kutempati tinggal memanggil dari dapur

"Ia kenapa??" balasku

"tolong bungkuskan lombok, kecap ama saus ada yang pesan mie pangsit 4" timpalnya kembali.

Kuletakkan Nurul di sampingku sambil memberikannya jeruk nipis agar diA bisa tenang dan bermain dengan jwruk itu.

Kakak Lela adalah kakak tertuaku, semenjak pendemi ini dia juga harus memutar otak untuk kelangsungan hidupnya dan keluarga. Bagaimana tidak direngah kondisi kesehatam dan isue pengangguran yang semakin banyak dinas dari tempat kerja kakaku harus memotong gaji dari 1.8 juta menjadi 750 rbu. Maka dari itu dia memanfaatkan hobbynya yang suka masak menjadi ladang cuan untukmya. Alhamdulillah tiap hari ada saja yang beli, meskipun penghasilannya tak sekelas warung yang lain tapi ini sudah cukup. kadang dia pun memberikan cuma-cuma jualannya kepada pekerja buruh bangunan yang ada di depan rumahnya. Dia memang selalu bersyukur dengan segala keadaan di tengah kekurangan finansialnya itu tetap selalu berbagi. Kadang pun dengan segala keterbatasan keuanganku ini aku menjadi sunkan di buatnya. Seharusnya aku yang membantu malah aku menjadi benalu di keluarganya menambah beban saja. Dia tak ragu mengeluarkan uang umtuk membelikan Nurul popok, cemilan bayi, bahkan kadang membiayai pengobatan Nurul.

***

Pagi ini lembang di guyur hujan sejak semalam, nampaknya dia betah tuh bertahan di kota pangkep, hingga membentuk kolam air depan rumah. Padi yang mulai telihat buahnya pun tak tampak lagi. Untuk tahun ini curah hujan di Pangkep lagi tinggi, sejak akhir tahun dan sampai pertengahan februari ini udah tiga kali kedatangan banjir. Nurul alhamdulillah nyenyak tidurnya. Sudah beberapa hari terakhir ini batuk bertamu di tubuhnya. Karna kiriman abahnya belum ada jadi ku putuskan hanya berobat herbal, entah itu tumbuhan apa yang di buatkan ibu, yang ku tahu tumbuhan setelah di bakar lalu parut di campur santan dan gula merah. Rasa pahit yang ada dari tumbuhan itu menjadikan batuk Nurul mereda meski pun sempat kaget karna fesesnya bercampur darah. Tapi masih wajar kata google. Dasar aku emak google. Bisa di bilang setiap sesuatu nya pasti cek di geoogle dulu, maklum saja pengalaman menjadi ibu adalah hal yang baru buatku. Menimbang setiap informasi yang di berikan dari orang luar karna ada beberapa hal yang berbeda dengan ilmu kesehatan ataupun hal lainya.

Hp ibu bunyi dapat telpon dari adik yang di jayapura memaksa dikirmkan uang. Ibu kaget ada apa sedangkan hari ini dia baru genap satu bulan kerja disana. Belum lagi lunas utang yang di ambil untuk pembiayaannya berangkat ke sana, eh ini malah mau pulang aja

"mama di ambil uang,, ?" tanya ibu yang berusaha menenangkan hatinya.

"pokoknya aku mau pulang" tegas adikku

"Lah utang yang kemarin masih ada, di mana mama ambilkan?" jawab ibu lagi

Yusuf adalah adik bungsuku yang sekarang ada di jayapura, keputusannya tuk kesana memang mengagetkan tapi kepulangannya lebih mengagetkan. Ibu menyandarkan badannya di kursi kayu yang sudah usang, sambil mengklik hp yang masih aktif. Dia mengotak atik Handphonenya, sesekali matanya di picingkan atau alisnya di bertemu, seperti mencari sebuah kontak.

"hallo.. Rambo? " kata ibu di ujung hp "usahakan adikmu uang mu nak,, pusing kepalaya mama pikirnya" lanjut ibu.

ibu kembali menyandarkan tubuhnya. menarik nafas panjang dan menatap kosong dedaunan yang ada di depan rumah. aku tahu pikiran ibu berkecamuk, belum lega dari masalah yang satu ini muncul masalah baru. "ahh.. ibu andaikan anakmu ini punya uang berlebih tak perlu kau risau akan kepulangan Yusuf" batinku.

rasanya sesak hati ini, selalu merepotkan orang tua padahal Seharusnya aku yang membantunya Bagaimana tidak sikap Bos adikku saat ditelepon mengatakan hal yang tidak enak kepada ibuku. sesuatu yang seharusnya tidak harus diucapkan. kami tahu adalah orang yang tidak lupakan mampu. kami sadar Kami adalah orang yang tak berpunya, kami pun juga kamu juga sadar jika orang seperti kami harus memiliki hati yang lapang. kami harus menerima setiap ucapan dari orang lainyang kadang menusuk hati kami.

***

pagi ini matahari Sepertinya dia mau bersahabat, tapi lain halnya dengan ibu wajahnya masih seperti semalam lesu tak ada gairah.

"ibu jalan dulu yah.. " kata ibu membuka pintu kamarku.

aku hanya mengangguk saja. hanya kata itu yang dilontarkan oleh ibu kemudian dia pergi. kupandangi setiap gontai langkahnya ada beban yang tak bisa dia ungkapkan kepada anak-anaknya. sejak Ayah 2 tahun yang lalu tak lagi mencari nafkah lantaran penyakit diabetes yang menggerogotinya. kini status pencari nafkah berpindah kepada ibu. meskipun saudara Sudah ada yang menikah tapi Biar bagaimanapun ibu Tetap Bertahan untuk kelangsungan hidupnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 13.20 ibu sbelum juga pulang ditambah lagi angin kencang dan derasnya hujan menomorkan khawatiranku. baru saja Aku ingin menelepon nya ibu datang dengab wajah yang sama kulihat pagi tadi. ada yang berbeda dari Ibu aku tak melihat lingkaran emas yang ada di lehernya.

" kalung Ibu ke mana" tanyaku memberanikan diri.

" Ibu jual untuk kepulangan adikmu" jawab ibu

miris hatiku, kalung pemberianku saat masih gadis dulu juga harus melayang. uang yang kutabung dari hasil menjadi buruh di satu perusahaan. kadang aku harus menahan tenggorokan tuk membeli sesuatu demi mewujudkan kebahagiaan ibu tuk memiliki kalung.

"Ya Allah.. izinkan aku membuatnya bahagia lagi.