Ibu ditelepon oleh Bos adikku dia mengabarkan jika hari ini adikku akan pulang.
"hari ini yusuf berangkat, jam 8.00 di cek in. kami memberikan sisa gajinya 1 juta karna yusuf sudah ambil panjar 1.2 juta" kata bos adikku
"oh iya.. trus bagaimana dengan tiketnya?" tanya ibu.
"soal itu di hutang yach bu, dan tiket saat datang kemari juga ibu yang tanggung, sesuai perjanjian tiket bolak balik di tanggung apabila masa kerja sudah satu tahun. tapi karna baru sebulan kami lepas tangan bu.!" jawabnya
"jadi berapa total Hutang saya" tanya ibu lagi
"semuanya dua juta tujuh ratus, dan kami memohom segera dilunaskan bu. kami hanya membantu memulangkan tapi tidak meminjamkan uang lama. ibu tahulah yah.. semua orang akan sensitif kalau masalah uang" imbuh bos adikku.
"baik.. sebentar saya kerumah besan saya dan membayar utang saya" jawab ibu
"saya meminta maaf atas ketidaknyamanan yang telah dibuat Yusuf selama disana. sejak awal sudah saya beritahu kalau kerja di tempat orang harus telaten, rajin enggak boleh malas, rela di bawah telunjuk orang. saya hanya memberitahu Bu, persoalan dia melakukan kesalahan diluar dari kemampuan saya." jelas ibu
" Iya Bu nggak papa koma-koma sebenarnya Yusuf kita anak yang rajin dia Gampang sekali paham dengan apa yang kami sampaikan. Tapi entah mengapa akhir-akhir ini dia menjadi malas, menjadi pembangkang nggak mau diberitahu ataupun diperintah, sebagai atasan saya tidak bisa memelihara anak buah yang tidak bisa diatur pasalnya hal ini akan berdampak pada anak buah saya yang lain Jika saya tidak tegas kepada Yusuf. saya juga meminta maaf kepada Ibu karena saya tidak bisa melanjutkan kerja bareng dengan anak Ibu lagi." jelas bos nya.
" sebelum kami menyuruhnya pulang ,Kami sudah memotivasi dia Bu untuk terus bertahan disini mengingatkan tentang keadaan yang ada di Pangkep keadaan orang tuanya yang sakit-sakitan tapi anaknya udah nggak mau dengar Bu. jika diberitahu ada saya jawabannya kadang malah dia membentak saya dan itu membuat saya tidak nyaman. sampai istri saya merasakan kecewa lantaran anak ibu men chat semua teman-temannya dan memberitahukan tentang keadaan di sini dan anehnya Dia berkata kepada temannya kalau kami disini sombong dan tidak mau mengurusnya padahal ibu tahu kan.. anak ibu bukanlah pekerja pertama kami dan yang lainnya aman-aman saja Bu, Enggak ada yang mengatakan kami sombong, mereka justru betah dengan fasilitas yang kami berikan saya tidak tahu apakah itu hanya alasan anak ibu saja untuk tidak mau lagi bekerja dengan kami. Tapi mau diapa lagi ya Bu ya saya juga nggak bisa memelihara, mempekerjakan anak-anak yang tidak seperti sefrekuensi dengan kami." jelasnya lagi
" Iya Bu maka dari itu saya memohon maaf atas nama anak saya. usianya yang masih labil mungkin itulah yang membuat dia belum bisa mencerna Setiap kejadian yang ada sekali lagi saya minta maaf kepada ibu, dan berharap bahwa kejadian ini tidak akan memutuskan silaturahmi kita biar bagaimanapun ibu dan saya adalah teman lama teman susah-susah dulu. dan saya memohon doa kepada Allah semoga usaha Ibu bisanya sukses terus lancar terus dan selalu diberi kemudahan oleh Allah subhanahu wa ta'ala" kata ibu.
" Baiklah Bu sampai di sini aja dulu ya obrolan kita hari ini saya mau ke toko dulu ada barang masuk yang harus di stock opname titik Terima kasih atas waktunya" kata bos adikku "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" katanya lagi di ujung telpon.
" Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh" jawab ibu.
ada nafas lega yang ku hirup dari ibu, wajahnya tak seperti kemarin. ada udara segar yang memenuhi rongga dadanya. mendengar anaknya akan pulang, meskipun terselip rasa sedih yang sulit dia uraikan.
"habis masak mama mau ke rumahnya pak husen, di rumahnya ada acara 7 hari kematian istrinya. kabari ibu kalau adikmu udah sampai, jangan lupa suruh dia istirahat jangan keluyuran" kata ibu kepadaku.
"iya.. "sahutku " Yusuf bawa hp kah? " tanyaku
"gak.. kita hanya jam 10 dia terbang, mungkin jam 1 udah sampai rumah" jawab ibu.
"baik bu.." kataku sambil menyuapi Nurul.
ibu bangkit dari tempat duduknya, masuk ke dapur, suara minyak goreng terdengar dan tumisan sayur membuatku lapar seketika. walaupun aku sudah nikah, makanan ibu tetap juara, apapun yang dia masak selalu di bumbui cinta dan kasih. menambah gairah anaknya untuk makan. meskipun makan seadanya tapi badan ibu dan anak-anaknya sehat dan subur. ini pula yang menjadi tolak ukur warga +62 dan tetangga jika keluarga subur berarti mereka bahagia. lucu saja dengan pemikiran itu padahal mereka tak tahu ada sebagian orang yang pura-pura bahagia tuk membahagiakan orang lain. Bersembunyi dibalik topeng kepalsuan agar orang disekitarnya pun merasa sempurna jika ada di dekatnya.
***
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 14:00 , Yusuf juga belum datang. ini sudah lewat satu jam. kalau pun macet setidaknya setengah jam lalu sudah sampai.
***
pukul 15:00 jarum menunjukkan letaknya. Yusuf belum juga muncul. ku mainkan hpku mencari info tentang keberadaan Yusuf.
"mba.. " tanyaku via Wa ke nomor yang dikirimkan Rambo semalam.
Ting... ting... hpku berdering
"Maaf siapa?? balasan nomor itu.
"Yusuf jadikah berangkat hari ini..? Ini kakaknya" jelasku
"Yusuf siapa yah..? saya nda kenal..!" jawab nomor itu
brakk jantungku seperti berhenti, aku salah nomor. kemana aku harus menanyakan keadaan adikku. ibu belum pulang sampai sekarang, nomor handphone bos adikku ada padanya. ku terdiam sejenak sambil menatap langit yang masih menurunkan rintikan air. Sudah beberapa hari ini matahari tak menampakkan pesonanya. Hujan masih menguyur kota Pangkep, beberapa daeeah kota juga sudah ikut terendam. Air sudah melewati jembatan, Pasar pun Juga ikut terendam.
"Yusuf belum datang de.! " chatku kepada Rambo
"Loh kok bisa?? " balasnya dengan sigap
"manalah kutahu.. kan gak ada yang jemput, trus dia gak bawa HP" jawabku "seharusnya dia udah sampai dua jam yang lalu" lanjutku
"Macet kali.. apalagi banjir, sabarlah dia pasti sampai. orang udah gede juga" balasnya
"nomor yang kamu kasih itu salah, itu bukan Yoko.." balasku
"oala.. maaf.. sepertinya aku salah simpan nomor. tenangin diri dulu, gak usah panik Yusuf pasti sampai" balas Rambo berusaha menenangkanku.
***
Suara adzan Asar berkumandang, tapi tanda-tanda yusuf datang. Hatiku mulai gelisah, pikiran jelek mewarnai pikiranku. bagaimana kalau Yusuf ketinggalan pesawat pada saat transit. atau di bandara Makassar dia gak tahu harus naik apa. pikiran itu berputar putar terus di otakku
"Yusuf sudah ada" Hpku berdering membuyarkan lamunanku
"Belum.."balasku
"sepulang kerja aku ke Bandara pergi cek dia,, Yusuf sebenar ke Jayapura atau Sorong?" tanya Rambo
"ke Jayapura. " balasku
"Ok.. tenang dulu ych..!" balas Rambo
***
"Yusuf gak di Bandar .,, ini udah keliling tannya ama pihak bandara, pesawat dari Jayapura udah landing jam satu tadi" telepon Rambo
"jadi..? " tanyaku kaget
" seharusnya Yusuf udah sampai dari tadi rumah,, tapi entah kemana anak itu. kata pihak bandara tadi di Jayapura ada kursi penumpang yang kosong satu, padahal menurut data penjualan tiket untuk hari ini jurusan jayapura-Makassar full" jelas Rambo
"jadi..? " tanyaku
"Berdoa saja itu bukan dia, nanti kalau mama datang suruh telpon Bosnya Yusuf" kata Rambo "kamu tenang aja,, Yusuf bakal pulang kok" lanjut Rambo
ku klik tanda merah pada layar Handphoneku. mondar mandir mengkhawatirkan Yusuf yang belum juga datang.