Tasya bersenandung pelan mengikuti irama musik yang sengaja, dinyalakan oleh Glen. Semata-mata untuk mengusir keheningan. Karena semenjak mereka keluar dari halaman rumahnya, tak ada pembicaraan sepatah katapun.
"Apa kamu senang?"
Tiba-tiba, Glen membuka suaranya. Mendengar senandung pelan yang dikumandangkan oleh Tasya, membuat Glen merasa santai.
Tasya mengangguk.
"Kenapa memangnya? apa aku terlihat sedih karena penolakan yang kakak lakukan?"
Glen menghela nafas keras.
"Bukan begitu maksudku. Aku bukannya bermaksud menolak, hanya saja, entahlah. Aku pun sulit menjelaskan," ujar Glen.
Tangannya dengan lihai memainkan kemudi.
"Ya ya ya, aku tahu. Bukankah kita sepakat untuk mencobanya, Kak? lalu kenapa kakak enggan berdua denganku?"
Glen diam, tidak tahu harus menjawab apa.
"Seharusnya, kalau kakak memang berniat mencoba, kita harus sering bersama. Dengan begitu, kita akan merasa nyaman karena mengenal satu sama lain. Atau kakak berubah pikiran?"
