Mansion kediaman George dipenuhi banyak anak buah Pragma. Mereka saling bejejer di belakang Pragma, di mana Tuannya duduk berhadapan langsung pada George.
"Kenapa menatapku sangat tajam menantu?" tanya George masih sangat santai. Meski dia tahu Pragma melayangkan tatapan penuh kebencian kepadanya.
"Cih, aku tidak pernah sudi menjadi menantumu. Kau adalah ayah terbrensek yang pernah aku tahu," decih Pragma menaikkan satu kakinya di atas pahanya.
Skakmat
Ucapan Pragma sangat menampar keras George. Mendadak wajah pria itu menjadi murung, Pragma semakin menyeringai sinis menatapnya.
"Istriku tidak membutuhkan ayah seperti dirimu, tapi gara-gara pengakuanmu waktu itu membuatnya menjadi kepikiran. Aku tidak ingin dia merasa stres karena itu akan berdampak buruk pada kandungannya," jelas Pragma semakin memojokkan pria di depannya.
"Dia hamil?" tanya George pelan. Dia turut bahagia mendengarnya, itu artinya sebentar lagi dia akan mendapatkan seorang cucu lagi.