Angin berembus sangat kencang membuat rambut seorang pria tanpa pomade itu tersibak-sibak.
Hanya memakai celana jins selutut, ia meremat pelan pembatas balkon kamarnya, semakin lama rematan itu berubah jadi kuat.
Huh
Huh
Huh
Helain napas kasar terus ia hela keluar dari mulutnya. Dia tatap langit jingga sejauh mata memandang di seberang sana.
Dia bingung ingin melakukan apalagi untuk bertemu anaknya, sungguh dia ayah yang buruk jika tak dapat bertemu anaknya.
Ingin sekali rasanya Radit menangisi perpisahan yang begitu menyakitkan ini. Entahlah bagaimana bentuk rupa anaknya, apakah ia mirip dengannya, dan Radit sangat ingin menghabiskan seluruh waktunya bersama putranya.
"Jika Gelora tidak dapat bersamaku, maka aku ingin anakku kembali," gumamnya mendongakkan kepalanya ke atas, memejamkan mata, menikmati semiliar angin menerpa wajahnya.