Menurutnya sangat sederhana, bagaimanapun pabrik farmasi tersebut secara khusus disetujui oleh pemerintah, masalah besar apa saja bisa terjadi.
Dan tidak peduli bagaimana mereka berkerabat dekat dengan Hendro Lesmana, dia tentu tidak ingin melihat saudaranya diberhentikan.
Ayu Lesmana menggigit bibir bawahnya, menangkupkan kedua telapak tangannya dan meletakkan tangannya di atas meja dengan lemah. Dia tahu seperti apa ayahnya. Dia berhati lembut, walaupun tidak berpendidikan tinggi, tapi dia baik hati, pekerja keras dan sayang kepada keluarganya.
"Sigit Santoso tidak ada hubungannya dengan ini, dia adalah seorang tentara." Ayu Lesmana memperhatikan dia menjelaskan kata demi kata.
Wijaya Lesmana menghela nafas, kemudian berjalan ke lemari dan mengeluarkan sebatang rokok untuk merokok.
Mengeluarkan asap putih dari mulutnya, membuat suasana di dalam ruangan semakin menyedihkan.