Mobil menepi ke sebuah rumah makan yang tidak terlalu besar dan ramai. Riki tahu, Dini adalah seseorang yang tidak rewel soal makanan, asal bukan sea food. Meski ia sendiri sangat suka makan kepiting atau kerang, tapi ia mengalah demi membuat Dini merasa nyaman.
"Kenapa malah ke sini? Katanya kaku mau makan sea food?" tanya Dini.
"Masih terlalu sore. Lebih baik kita makan nasi saja, untuk menambah energi," jawab Riki.
Dini tahu kalau Riki tidak mengatakan hal yang sebenarnya. Pemuda itu memang sangat mendahulukan dirinya. Jarang-jarang ada laki-laki yang model begini, apa lagi di era penuh keegoisan seperti sekarang. Hil yang mustahil.
"Di sini kan rumah makan ala Sunda, Riki. Kamu kan nggak suka pedes?"
"Aku makan yang lain, sambalnya buat kamu saja," jawabnya sambil menyeringai.
Menggemaskan memang, tapi sudah kepalang basah. Mereka tidak mungkin pergi ke tempat lain karena sudah berada di dalam rumah makan dengan lesehan atau bisa memilih tempat lain di halaman belakang.
