Terdengar suara mobil yang datang dan berhenti di halaman rumah. Dini tahu kalau Bara telah datang. Ia sengaja membiarkan Mbak Pur terlihat gelisah dan buru-buru membereskan sampah kulit dan biji mangga dari atas meja.
"Bisakah Mbak buka pintunya? Aku cuci tangan sebentar," pinta Dini.
"Iya, Mbak!" sahutnya, seraya membawa sampah ke belakang dengan cepat.
Setelah mencuci tangan dan mengeringakan dengan lap lebih dulu, Mbak Pur pun bergegas ke depan untuk membukakan pintu rumah.
"Sayang!" panggil Bara dari luar.
Pintu pun terbuka dengan lebar. Seketika senyum di wajah Mbak Pur menguap dan berganti dengan warna pucat disertai tremor, gemetar seluruh tubuh.
"Bbb-- Bap- pak?!" sebutnya, dengan bibir yang bergetar.
Bara tertegun, diikuti dengan kedua alis yang terangkat begitu melihat kehadiran sosok wanita yang amat sangat dikenalnya itu.
"Mbak Pur? Sedang apa kamu di sini?" sahut Bara, melontarkan pertanyaan yang terucap begitu saja.