Dini hanya tersenyum saat mendengar jawaban dari Mbak Pur. Agak bingung juga karena dulu wanita itu sangat anti sekali dengan yang namanya pelakor. Karena rumah tangganya dulu, konon berantakan gara-gara ada wanita idaman lain oleh suaminya.
"Kok, Mbak Pur jadi berubah pikiran gitu? Bukannya dulu benci banget sama pelakor, ya?"
"Ya ... kan, beda kasusnya, Mbak. Dulu itu aku yang kerja banting tulang cari uang, suami pakai uang itu buat senang-senang sama perek itu. Kalau cuma jajan sesekali sama lonte di jalanan sih, aku bisa maklumin. Ini teman sendiri, lho. Makan teman judulnya."
Dini menghela napas dengan berat. Ia kini mulai sangsi akan sikap wanita itu jika mengetahui kalau dirinya mungkin adalah jenis perempuan yang bakalan dibenci sama Mbak Pur.
"Tapi kalau dipikir-pikir, sih. Memang dasar lakinya saja yang gatal, Mbak. Kutinggal cerai saja, bukannya menikah sama selingkuhannya itu malah sampai sekarang nggak nikah-nikah. Kabarnya sih, gonta-ganti cewek Pe eL."
"Pe eL?"