Dini masih terjaga dan sesekali melihat ke arah jarum jam dinding di dalam kamar. Sudah lewat tengah malam, tapi ia belum juga bisa tertidur. Entah kenapa hatinya merasa tidak tenang sejak hari beranjak petang.
"Gerah sekali," gumamnya lirih.
Perempuan yang sedang hamil empat bulan lebih itu pun memutuskan untuk pergi ke luar kamar. Hanya beberapa lampu yang dibiarkan menyala, yaitu lampu teras dan lampu dapur.
Saat berjalan ke belakang hendak menuju ke ruang makan, langkah kaki Dini terhenti. Sayup-sayup, telinganya mendengar suara tangis yang disertai dengan senandung lirih.
"Suaranya Mbok Romlah," bisiknya lirih, lantas berputar arah menuju ke kamar yang letaknya agak di belakang.
Ia dapat melihat kalau Mbok Romlah tampak sedang duduk bersimpuh di dekat kasur, sambil menepuk-nepuk punggung Laura. Pintu kamar yang biasanya dipakai Mbok Romlah untuk tidur itu dibiarkan terbuka.
"Kenapa, Mbok?" tanya Dini lirih.
