Dini terdiam, lalu melihat ke arah Maria yang hanya bungkam dan mengedikkan kedua bahunya. Apa yang dikatakan oleh Salma memang agak membuatnya merinding dan tersenyum dengan canggung.
"Apa ... maksudnya, Mbak? Aku nggak ngerti."
"Jadi, pernikahan yang dilakukan pada saat hamil itu tidak diperbolehkan, Din. Setidaknya ... itulah yang aku tahu."
"Tapi kami menikah di bawah tangan, Mbak."
"Iya, aku tahu. Maaf, ya. Bukannya aku sok tahu atau gimana, tapi akan lebih baik kalau kalian menikah lagi. Tunggu hingga bayi kami lahir."
"Baik, Ustad. Nanti aku akan ingatkan padanya untuk menikah lagi," ucap Maria.
"Zah! Harus pakai 'zah di belakangnya. Ustadzah, bukan Ustad," ralat Salma.
"Salah lagi? Oke, Ustadzah. Terima kasih tausiahnya," sahut Maria lagi, buru-buru membenarkan pelafalan katanya yang salah sebut.
"Bukannya menggurui, tapi menyampaikan sesuatu yang baik itu jauh lebih manfaat."