Kurang lebih lima belas menit kemudian, Maria sudah selesai mandi dan berdandan flawless saja. Ia segera ikut bergabung dengan kedua teman sekaligus bawahannya itu dan mulai mengikuti pembicaraan asyik di antara mereka.
"Kenapa emangnya?" tanya Maria.
"Itu, Mbak. Katanya kemarin pas di kampung mau dilamar sama Bapak Tentara, tapi nggak mau."
"Lho, kenapa? Bagus, dong! Derajat kamu bakalan naik di mata tetangga. Orang-orang yang dulu pernah menghina kamu bakalan nyesel dan kena jantung kalau kamu nikah pakai pedang pora. Apa nggak viral, tuh? Janda anak dua, dinikahi seorang tentara. Wuihh!"
"Tuh, kan? Apa kubilang?" sahut Dini.
"Enggak, enggak, ah! Aku nggak tertarik. Aku ini sedang menikmati masa-masa bahagiaku menjadi seorang janda, Pren. Aku nggak mau kalau disuruh ngerawat anak orang. Maaf, ya! Anak aku aja ada dua biji. Mereka itu nomor satu buat aku. Apa jadinya kalau tiba-tiba mereka harus berbagi lagi sama saudara tiri?"