Dini menghentikan makan, lalu meletakkan piring di atas karpet berwarna coklat itu. Sementara wanita cantik di depannya masih menyantap makanannya dengan tenang.
"Apa mungkin semua ini yang menjadi alasan kau merasakan trauma?"
"Trauma? Entahlah. Aku pernah dengar istilah itu. Trauma, depresi atau semacamnya. Aku tidak perduli."
"Kenapa? Apa kau pikir penyakit mental itu tidak berbahaya?"
"Bukan begitu. Aku ini adalah orang yang realistik. Aku tidak mau pusing dengan istilah-istilah seperti itu. Di dunia ini adalah baik dan buruk. Orang jahat sama orang baik. Itu saja."
Dini menghela nafas dan meraih botol air mineral yang telah diambil dari dalam kulkasnya. Pola pikir wanita itu memang agak berbeda dengan keyakinannya, tapi bagaimana pun ia tetap harus menghargai pendapat yang tidak selaras itu.
"Apa rencanamu selanjutnya? Apa kau siap membesarkan anak itu seorang diri?"
"Sejak aku memutuskan untuk mempertahankan anak ini, saat itu juga aku sudah mempersiapkan segalanya."