Diam-diam hati perempuan itu berdesir hangat, tertegun dengan situasi yang seketika berubah seratus delapan puluh derajat. Bara tidak sedang merajuk, melainkan sedang terisak lirih sambil terus memeluk tubuhnya dengan erat.
"Om kenapa menangis?" tanya Dini lirih, seraya mengusap-usap punggung pria itu dengan lembut.
Bara tidak menyahut dan masih meneruskan isak yang nyaris tanp suara itu di dalam dekapan Dini. Mencoba untuk mengerti dengan suasana hati sang suami yang sedang tidak stabil.
"Nggak apa-apa, Om. Kalau memang tidak harus dikatakan, aku tidak akan memaksa. Maafkan aku, Om!" ucap Dini, merasa sangat menyesal.
Kalau tahu bakal begini kejadiaannya, sudah pasti ia akan mengabaikan rasa penasaran yang membuat dirinya bertanya. Pria itu dibiarkan menyelesaikan tangisnya hingga perlahan mulai berangsur tenang dan terdiam.