Dini menghela nafas dan menunduk dalam meski hatinya masih merasa berdebar mendengar ucapan dari Abah. Ia mencoba memahami bagaimana perasaan mereka setelah penantian yang cukup panjang selama ini.
"Abah pernah bertanya, kenapa dia tidak pernah membawa istri dan anaknya datang. Kami bahkan pernah merasa seperti ... tidak diakui sebagai orang tua karena sikapnya yang tertutup jika itu mengenai keluarganya."
"Lalu ... apa jawaban yang ia katakan, Bah?"
"Dia bilang akan membawa pulang seorang perempuan jika sudah menemukan yang benar-benar bisa mendampingi dirinya dalam waktu yang lama."
Hati Dini kembali berdesir mendengar penjelasan Abah yang sembari menatapnya dengan teduh, pun Bu Nyai yang tak henti meremas tangan dan mengusap-usap bahunya dengan lembut.
"Tapi saya--"
"Tapi apa?" tanya seseorang, memotong kata-kata Dini yang belum selesai.