Dini sama sekali tidak bisa memejamkan kedua matanya meski beberapa kali mengganti posisi. Sesekali ia melirik ke arah Riki yang berbaring di lantai, beralaskan kasur lantai yang sebelumnya hanya digulung semenjak ia menggunakan kasur yang disediakan oleh Bara.
Perempuan itu tampak terdiam, lalu menatap wajah tampan nan tengah tertidur tenang itu. Rupanya pemuda berambut ikal dan gondrong itu cukup bijak untuk tidak tidur di ranjang yang sama dengannya. Ia justru memilih tidur di lantai, meski keduanya harus berbagi selimut.
Dini menghela nafas, lalu kembali merubah posisi tidurnya dengan terlentang dan menatap langit-langit kamar yang sudah dihuninya hampir tiga bulan terakhir.
"Apa kau tidak bisa tidur?" tanya Riki tiba-tiba.
Mendengar suara lirih itu, sontak Dini pun menoleh ke arah samping dan menemukan pemuda itu sedang tersenyum menatapnya dengan sayu. Perempuan itu tidak menyahut, hanya membalas tatapan mata Riki tanpa bersuara.