Bara tidak langsung mengiyakan pertanyaan istrinya. Ia lupa kalau Mbak Pur adalah pion dari sang istri yang akan melaporkan semua tindakannya pada sang majikan. Seharusnya ia mengatakannya lebih dulu sebelum Sonya memiliki kecurigaan pada dirinya maupun Dini, istri dari sahabatnya itu.
"Iya, dia menghentikan pendarahan karena luka sobek itu dengan menekan pelipisku."
"Kok, dia ada di sini?"
"Mbak Pur teriak jerit-jerit minta tolong, tentu saja dia dengar. Makanya dia lari ke sini tanpa pakai alas kaki."
"Oh, ya?"
"Dia bahkan masih membungkus rambutnya pakai handuk, Ma. Mungkin dia pikir ada maling atau kebakaran di rumah ini," ucapnya, seraya mengulum senyum.
Sonya hanya menghela napas dan turut tersenyum meskipun sedikit tidak percaya dengan kata-kata sang suami. Bukankah tidak ada yang kebetulan di dunia ini? Bisa saja ada alasan lain di balik semua yang terjadi.
"Lalu ... bagaimana keadaan Papa sekarang?"
"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir."