"Oke ... hari ini adalah hari pertama masuk ke sekolah! Kalau kamu ingin menjadi seorang dokter, kamu harus rajin belajar!" Alexa menggumam di depan cermin.
Alexa menarik napas panjang. "Alexa Prayoga! Mulai sekarang, jalanmu akan terasa sangat sulit! Jangan pernah menyerah! Semangat! Alexa pasti bisa," ucapnya menyemangati diri sendiri.
Pagi-pagi sekali, Alexa sudah terlihat rapi dengan pakaian seragamnya. Hampir 10 menit lamanya ia berdiri di depan cermin sambil mematut penampilannya. Gadis bertubuh langsing itu sudah membulatkan tekadnya untuk belajar dengan keras agar bisa meraih impiannya.
Alexa menguncir rambut panjangnya , gadis itu terlihat sangat cantik meskipun wajahnya agak sedikit pucat karena memang ia belum sepenuhnya pulih. Setelah memastikan penampilannya sudah terlihat sempurna, Alexa menyambar tas sekolahnya dan turun ke lantai bawah untuk sarapan.
Begitu sampai di lantai bawah, telinga Alexa langsung disambut suara obrolan Daniel dan Indra yang sedang membahas tentang masalah pekerjaan. Tentu saja gadis itu sudah sangat terbiasa dengan topik pembicaraan antara Daniel dan papanya.
"Selamat pagi," sapa Alexa sambil berjalan duduk di kursi.
Indra dan Daniel sontak menoleh ke Alexa.
"Kamu mau pergi ke sekolah? Bukankah kamu masih harus beristirahat beberapa hari di rumah?" tanya Indra.
Alexa menghela napas panjang. "Istirahat apanya?! Sembuh sih enggak, yang ada malah jamuran kalau terus-terusan dikurung di rumah," omelnya lirih menyindir sang papa.
"Apa kamu bilang?! Siapa yang jamuran?!" Indra memandang tajam pada Alexa yang menoleh ke arahnya.
Mata Alexa melebar, ia menelan ludahnya. "Gawat! Bisa tambah runyam hidupku kalau papa marah gara-gara sindiranku," ucapnya dalam hati.
Alexa memutar otaknya untuk mencari Alasan supaya sang papa tidak marah karena mendengar kata-kata sindirannya tadi, hanya membayangkan kemarahan papanya saja bulu kuduknya sudah merinding,
Alexa menggaruk lehernya yang tidak gatal. "A–ah .... Ja-jamur? Alexa tadi bilang ingin makan jamur ... i-iya jamur hahaha." kilahnya. "Sudah lama bik Minah tidak masak jamur! Alexa pengen makan tumis jamur buatan bik Minah," tambahnya.
Daniel menundukkan kepalanya, pria itu sedang menahan tawa mendengar celotehan Alexa. Telinga Daniel mendengar dengan jelas sindiran gadis itu, tapi ia hanya diam saja mengamati tingkah polah gadis itu.
Minah berjalan menghampiri Alexa dengan membawa peralatan makan dan juga segelas susu cokelat hangat untuk Alexa. Wanita tua itu kemudian menata piring dan garpu yang akan digunakan oleh Alexa untuk makan.
"Bik! Nanti, saat makan malam tolong buatkan tumis jamur untuk Alexa," perintah Indra tiba-tiba kepada Minah yang sedang mengambilkan roti untuk Alexa.
"Masak jamur, Tuan? Tapi 'kan non Alexa alergi jamur! Terakhir kali makan jamur, non Alexa langsung dibawa ke rumah sakit sama den Eric waktu itu," ucap Minah polos.
"Uhuk uhuk ...." Alexa yang sedang menyesap susu cokelatnya langsung tersedak begitu mendengar kata-kata yang meluncur dari mulut Minah.
Daniel menutup menutup mulutnya dengan tangan kanannya, pria itu berusaha menahan tawanya yang hampir meledak saat melihat ekspresi wajah Alexa yang terlihat sangat lucu saat ketahuan sedang berbohong.
10 menit kemudian setelah selesai sarapan.
"Alexa .... Biar papa yang mengantarmu ke sekolah! Nanti pengawal pribadi papa yang akan mengawalmu. Karena Randi sedang dalam masa penyembuhan, jadi untuk sementara waktu papa yang akan mengantarmu," ucap Indra.
"Om Indra, biar Daniel saja yang mengantar Alexa ke sekolah," ucapnya menawarkan diri. "Om Indra 'kan harus menghadiri rapat dewan direksi pagi ini," lanjutnya mengingatkan.
Indra berpikir sejenak, lalu ia mengangguk setuju. "Baiklah! tolong jaga Alexa baik-baik," pintanya. "Dan kamu Alexa! Jangan membuat ulah! Kalau kamu merasa tidak enak badan atau terjadi sesuatu dengan lukamu, segera minta izin pulang ke rumah!"
Alexa mengangguk cepat. "I–iya," ucapnya.
Setelah mobil Indra pergi, Alexa langsung masuk ke dalam mobil Daniel diikuti 2 pengawal pribadi Indra yang duduk di kursi belakang. Gadis itu menatap wajah Daniel yang terus saja menertawakannya.
"Ketawa terus! Ntar, giginya kak Daniel kering baru tahu rasa," omel Alexa kesal.
Daniel menjitak kepala Alexa pelan. "Dasar bodoh! Apa kamu mau cari mati, dengan menyindir papamu seperti itu?!" Daniel menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Udah, cepetan jalan! Jalannya nanti keburu macet, Alexa tidak mau terlambat datang ke sekolah!" perintah gadis itu sembari memasang sabuk pengaman.
Daniel mengangguk pelan lalu menyalakan mesin mobilnya, pria itu mengemudikan mobilnya menuju ke sekolah Alexa.
40 menit kemudian ...
"Terima kasih sudah mengantar Alexa," ucap Alexa setelah sampai di depan sekolahnya.
Alexa melepas sabuk pengamannya dan langsung membuka pintu mobil.
"Alexa ... kamu nanti pulang jam berapa? Biar kak Daniel jemput," tanya Daniel cepat, saat Alexa hendak turun dari mobilnya.
"Nanti Alexa telepon kalau sudah mau pulang," jawabnya. "Alexa masuk dulu, sebentar lagi pelajaran akan dimulai," imbuhnya sambil melirik jam tangannya.
Daniel menganggukkan kepalanya ...
Alexa turun dari mobil Daniel, gadis itu melambaikan tangan kepada Daniel lalu berjalan memasuki gerbang sekolah. Setelah memastikan Alexa masuk ke dalam sekolah, Daniel bergegas mengemudikan mobilnya menuju ke kantor.
***
Bel berbunyi ...
Tanda jam istirahat sekolah dimulai, Alexa lebih memilih tinggal di dalam kelas. Gadis itu sedang mempelajari buku kedokteran milik Eric.
Alexa juga mencatat point-point yang dirasanya penting. Muka gadis itu terlihat begitu serius saat mempelajari buku dasar-dasar ilmu kedokteran milik Eric, saking seriusnya sampai-sampai ia tidak menyadari kalau Raka sudah duduk yang berada tepat di depannya.
"Serius amat! Lagi belajar buku apa sih?" tanya Raka kepada Alexa.
Alexa tidak merespons, gadis itu masih sibuk dengan bukunya.
Raka memutar bola matanya, ia merasa kesal karena Alexa tidak menghiraukannya. "Hello, i'm here." Raka melambaikan tangannya tepat di depan muka Alexa.
Mata Alexa seketika menatap tajam ke arah Raka. "Apa kamu sudah bosan hidup? Kamu tidak lihat kalau aku sedang belajar?!"
Raka hanya menyengir, pemuda tampan berkulit putih itu mengangkat tangan kanannya dan jarinya membentuk huruf V yang artinya ingin berdamai.
Alexa berdecak kesal, pandangannya kembali beralih pada bukunya. "Ada apa? Aku lagi sibuk sekarang," ucapnya sembari terus menulis di buku catatannya.
"Kamu dapat salam dari papa, katanya kalau ada waktu senggang disuruh main ke rumah," ucap Raka menyampaikan pesan dari papanya.
Alexa menghela napas panjang lalu menatap mata Raka. "Bukannya aku nggak mau! Tapi papaku nggak bakalan mengizinkan aku pergi kemana-mana!"
"Hmm ... Papa kamu yang tidak mengizinkan atau kamu yang gak mau pergi?!" tanya Raka setengah menuduh.
Alexa mendengkus kesal. "Kalau kamu sudah bosan hidup, coba datang ke rumahku dan tanyakan sendiri kepada papaku. Tapi ... kalau kamu masih sayang sama nyawa kamu, mending percaya sama ucapanku," ucap Alexa kesal sambil meneruskan kembali membaca buku.
Bel berbunyi ... tanda jam istirahat sudah berakhir.
"Aku balik ke kelas dulu, ya?! Nanti kita bicara lagi saat pulang. Daah," ucap Raka lalu pergi keluar dari kelas Alexa dan kembali ke kelasnya yang berada tepat di samping kelas Alexa.
Alexa segera membereskan buku ilmu kedokteran milik Eric, lalu ia memasukkan bukunya ke dalam tas ranselnya dan kembali mengikuti mata pelajaran berikutnya.
***
Daniel terus memandangi jam tangannya, pria itu sudah menunggu di depan gerbang sekolah Alexa. Daniel berdiri di luar mobil seraya menyandarkan tubuhnya ke mobil, pria itu mengambil ponselnya dari saku celana dan mencoba menghubungi nomer Alexa.
Namun, ia urungkan niatnya saat melihat Alexa tengah berjalan menuju ke arahnya.
"Alexa ... tunggu!" panggil Raka dari kejauhan sambil berlari menghampiri Alexa.
Alexa menghentikan langkah kakinya lalu berbalik. "Ada apa lagi, sih?" tanyanya kesal saat Raka sudah berada dihadapannya.
Raka melingkarkan tangannya ke pundak Alexa. "Minta alamat rumahmu, katanya tadi minta dijemput?" tanyanya.
Ekspresi wajah Daniel langsung berubah tidak enak saat melihat Raka melingkarkan tangan ke pundak Alexa, muka pria itu terlihat kesal. Namun, ia mencoba untuk bersikap tenang.
Alexa mendengkus kesal, gadis itu melepaskan tangan Raka dari pundaknya dan mendorong kepala Raka menjauh. "Gak usah macem-macem, deh! Udah sana pergi! Aku mau pulang," usirnya lalu berjalan masuk ke dalam mobil Daniel kemudia disusul pengawalnya.
Daniel menatap kesal ke arah Raka yang masih mematung ditempatnya, pria lalu masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan sekolah Alexa.
"Kak, tolong mampir ke toko buku sebentar. Alexa mau beli buku," pintanya kepada Daniel.
Daniel mengangguk. "Oke," ucapnya singkat.
Tidak beberapa lama kemudian, mobil Daniel sudah terparkir rapi di depan toko buku terbesar di kota Jakarta. Alexa bergegas memasuki toko tersebut diikuti Daniel dari belakang.
"Mbak! Tolong carikan buku kedokteran spesialis bedah," pinta Alexa kepada penjaga toko.
"Buku kedokteran spesialis bedah, ya?" tanya penjaga toko memastikan.
Alexa mengangguk cepat ...
"Oh iya ... lewat sini, Kak," ucap sang penjaga toko seraya menunjukkan jalan. "Sebelah sini, Kak. Ini khusus untuk buku khusus ilmu bedah." penjaga toko itu menunjuk ke satu rak khusus.
"Terima kasih," ucap Alexa sambil mencari buku yang ia inginkan.
Daniel menatap Alexa yang terlihat begitu serius memilih buku. "Kamu mau baca semua buku-buku itu?" tanyanya tidak yakin saat melihat 3 buah buku tebal di tangan Alexa.
Alexa mengangguk mantap. "Iya, memang kenapa?" tanyanya.
Daniel menggeleng. "Tidak apa-apa," ucapnya.
"Sudah! Ayo, Kak." Selesai memilih buku, ia berjalan menuju kasir.
"Sini! biar kak Daniel bawakan bukunya." Daniel mengambil buku dari tangan Alexa lalu membawanya di kasir.
"Totalnya Rp. 1.500.000," ujar sang kasir.
Alexa mengeluarkan dompetnya dari dalam tas, saat ia akan membayarnya ternyata Daniel sudah menyodorkan kartu debit miliknya ke kasir.
"Loh! Kenapa kak Daniel yang bayar? 'Kan itu buku Alexa," tanya Alexa bingung.
"Tidak apa-apa, anggap saja itu hadiah dari kakak," ucapnya sambil tersenyum.
"Terima kasih, oh iya! Alexa minta tolong sama kak Daniel, jangan bilang ke papa soal ini ya, kak? Papa pasti marah besar kalau tahu tentang Alexa mempelajari buku tentang ilmu kedokteran," pinta Alexa Daniel.
Daniel mengangguk. "Tenang saja, kak Daniel tidak akan pernah bilang ke om Indra tentang masalah ini," ucap Daniel
Alexa tersenyum lega setelah mendengar kata-kata Daniel.
Setelah selesai membayar buku, mereka lalu berjalan keluar toko buku dan pulang ke rumah.
Malam harinya ....
Di dalam kamarnya, Alexa terlihat sibuk mempelajari buku-buku yang dibelikan oleh Daniel tadi siang. Seperti biasa, ia menghapal sambil mencatat point-point yang dianggapnya penting.
Semangat belajar Alexa sangat tinggi. Gadis itu terlihat sangat serius, beberapa saat kemudian.
CKLEK !!
Pintu kamar Alexa tiba-tiba terbuka. Indra langsung masuk ke kamar Alexa.
"Alexa!! Kamu sedang apa? Buku apa itu yang sedang kau baca?!" tanya Indra seraya menunjuk buku Alexa
Alexa terlonjak kaget, ia langsung berdiri mematung. "Pa–Papa?!
To be continued