Chereads / Lafaz Cinta Di Alexandria / Chapter 5 - Mengunjungi Toko

Chapter 5 - Mengunjungi Toko

"Mas Anan!" sapa Shana sembari melambaikan tangannya ke arah pria itu. Beberapa orang yang sedang berada diperpustakaan tersebut langsung menoleh ke arah Shana karena suaranya sedikit mengganggu. Ia hampir lupa jika tengah berada didalam perpustakaan.

"Maaf!" bisik Ayna pada mereka semua dengan menangkupkan kedua tangan didada. Sebagai permohonan maafnya.

Sementara itu, pria yang disapa Mas Anan melangkahkan kakinya ke arah Shana dan juga Ayna.

Mata Ayna dan Mas Anan sempat bertemu sejenak. Keduanya sama-sama tampak heran dan tidak menduga.

"Mas Anan sendiri?" tanya Shana langsung. Pria itu segera sadar dari lamunannya sehabis menatap Ayna. Ia langsung memandang ke arah adik angkatnya itu. "Iya, Dek. Mas sendirian," jawabnya. Sesekali netranya menatap ke arah Ayna yang mendadak menundukkan pandangannya.

"Oh ya. Ay, Kenalin ini Mas Anan." Shana memperkenalkan abang angkatnya kepada Ayna.

Ayna langsung mengangkat kepalanya. Ia tersenyum ke arah Shana. "Iya, Shan. Aku su-"

"Ehem. Dek, Mas nggak bisa lama, lho. Buru-buru mau buka toko," ucap pria itu sengaja memotong ucapan Ayna. Padahal Ayna berniat untuk memberi tahu pada Shana bahwa ia sudah mengenal pria tersebut.

Pria itu menatap ke arah Ayna. Matanya memberi kode untuk menyampaikan sesuatu pada Ayna.

"Oh ini teman kamu yang namanya Ayna itu ya?" Abang angkat Shana itu malah bertanya. Seolah-olah didepan Shana ia tidak mengenali Ayna.

"Iya, Mas. Ini Ayna. Sahabat baikku." Shana melempar senyum bergantian ke arah mereka berdua.

"Halo, Ayna. Hanan Al-Birruni. Tapi, hanya Shana yang memanggilku Anan." Pria yang ternyata Gus Birru itu memperkenalkan dirinya lagi pada Ayna.

Ayna terdiam sejenak dengan menatap mata Gus Birru secara dalam. Ia heran mengapa pria yang akan menjadi suaminya itu tidak ingin mengenalinya didepan Shana. Tentu pikiran negatif muncul dikepalanya. Curiga jika Gus Birru tidak ingin mengakuinya sebagai calon istri didepan adik angkatnya itu.

Shana menyenggol siku Ayna untuk menyadarkan lamunannya. Ayna langsung tersadar. Ia menelan ludahnya lebih dulu. Kemudian membalas perkenalan diri dari Gus Birru. "Halo. Aku Ayna." Ia sengaja mengucapkan perkenalan diri yang singkat. Sebagai tanda bahwa Ayna kecewa atas perbuatan Gus Birru hari ini.

Tidak ada tanggapan apapun lagi dari Gus Birru. Pria itu mengalihkan pandangannya dari Ayna. Matanya fokus memandang ke wajah adiknya-Shana. Mereka berdua berbincang. Sesekali ada tawa yang menyelinap diantaranya. Membuat hati Ayna tergores. Bertanya-tanya tentang sikap acuh yang diberikan Gus Birru padanya hari ini.

Ayna diam-diam memandang wajah calon suaminya. Tatapan matanya pada Shana terlihat tulus. Terlihat sangat jelas bahwa Shana adalah prioritasnya saat ini.

"Kenapa kamu nggak mengenaliku didepan Shana, Gus?" Pertanyaan itu yang terus diulang-ulang Ayna didalam hati dan kepalanya.

"Mas Anan, aku boleh ajak Ayna nggak ke toko?" tanya Shana meminta izin.

Gus Birru terdiam sejenak. Ia sempat melirik ke arah Ayna. Kemudian tersenyum lagi ke arah Shana. Ia mengangguk. "Boleh."

"Terimakasih, Mas. Makin sayang deh!" ucap Shana mengedipkan satu matanya ke arah Gus Birru. Membuat pria itu tersenyum sangat manis. Senyuman yang membuat hati Ayna tersinggung.

"Ayna, kamu setelah ini nggak ada jadwal lain kan?" Ayuk ikut aku ke toko kuliner Mas Anan. Pasti kamu suka. Kan kamu suka makan," ajak Shana dengan sumringah. Ayna ingin menolaknya. "T-tapi, Shan. Maaf banget aku nggak bi-"

Shana memotong ucapan Ayna yang belum selesai. "Ayuklah, Ay. Kita lama lho nggak jalan berdua sejak sama-sama sibuk. Please!" Shana menangkupkan kedua tangannya didada. Memohon kepada sahabatnya itu agar bersedia menerima ajakannya.

Ayna ragu. Tapi Shana terus memaksanya.

"Please!" ucap Shana lagi sembari mengedipkan kedua matanya berulang kali.

Akhirnya Ayna menerima ajakan sahabatnya itu untuk ikut mendatangi toko kuliner Gus Birru.

Ketiganya pergi menggunakan Alexandria metro.

Selama diperjalanan, Gus Birru hanya berbicara dengan Shana. Ia tidak sedikitpun menatap ke arah Ayna. Hal itu tentu semakin membuat Ayna bertanya-tanya. Ada nyeri diulu hatinya yang semakin lama semakin terasa.

"Dia datang untuk melamarku. Aku menerimanya. Dan saat ini keberadaanku tidak dianggapnya ada. Ia tidak mengenaliku didepan adiknya. Gus, mengapa mengundang keraguanku?" Ayna meratap didalam hati sembari memandang ke arah sisi kirinya. Ke arah jendela dengan pemandangan sungai merah yang memanjang.

Hanya sekitar 7 menit perjalanan, ketiganya sampai didepan sebuah toko dengan landmark yang bertuliskan ''Trust Me". Bisnis kuliner milik Gus Birru.

"Yuk, Ay! Kita keliling," ajak Shana.

"Nggak mau masuk dulu?"

"Nanti deh, Mas. Kami mau keliling dulu ya."

"Ya sudah. Mas masuk dulu." Gus Birru berlalu meninggalkan dua gadis itu.

Shana dan Ayna berjalan beriringan. Senyum Shana selalu terlukis diwajahnya sejak bertemu dengan Gus Birru diperpustakaan tadi. Ayna bisa menerka bahwa sahabatnya itu sedang bahagia. Sementara dirinya masih terus bertanya-tanya tentang sikap Gus Birru yang pura-pura tidak mengenalinya.

"Ini baru grand opening 3 hari yang lalu lho, Ay. Pas Mas Anan ke sini tokonya udah duluan dibuka." Shana membuka suara. Layaknya tour guide, ia memperkenalkan perihal toko kuliner abang angkatnya kepada Ayna.

"Oh ya?" Ayna memberi respon singkat. Kepala dan hatinya saat ini tidak bisa terkoneksi dengan baik.

Shana mengangguk. "Iya. Mas Anan itu pas masih di Kairo ternyata udah siapin tokonya disini tanpa sepengetahuan aku."

"Hm. Kok bisa gitu?"

Shana mengangkat kedua bahunya. "Nggak tau deh. Mungkin doi nyuruh orang sini untuk siapin semuanya. Mas Anan itu paling bisa apa aja. Tapi dia memang unggul dalam berbisnis gini."

Ayna hanya bisa mengangguk dan ber-oh ria saja.

"Terus tiba-tiba kemarin Mas Anan ngabarin aku kalau doi akan tinggal lama di Alexandria demi nemenin aku Koas. Padahal berulang kali aku bilang, aku ini udah gede lho. Nggak harus pake ditemenin segala. Buktinya enam tahun disini ya baik-baik aja," ucap Shana sesekali tersenyum.

Shana bersuara lagi setelah keduanya sejenak diam. "Maafin Mas Anan ya Ay kalau dia nggak ramah tadi. Mas Anan itu orangnya emang dingin dan cuek, tapi rasa pedulinya gede banget kok."

Ayna melempar senyum ke arah Shana sembari mengangguk.

"Oh iya, Ay. Duduk disini ya. Kamu aku tinggal dulu ke toilet dulu. Aku kebelet nih." Shana memegang perutnya.

Ayna menjawab, "Iya, Ay."

Shana pergi meninggalkan Ayna dikursi 204 yang kebetulan dekat dengan dapur toko. Ayna duduk disana sembari melihat ke sekeliling ruangan. Aksennya sangat menyejukkan mata. Warna coklat tua yang dipadu dengan putih klasik, dan terdapat banyak ukiran aksara dan karya seni jawa juga. Tentu ini sebuah interior unik yang berada di negara Timur Tengah, dan Ayna bisa menerka bahwa pria itu mungkin memiliki jiwa seni.

"Ayna?" sapa Gus Birru tiba-tiba. Pria itu sudah berdiri tepat dibelakang Ayna.

Ayna langsung menoleh ke sumber suara.