RIKI'S POV
Aku tersenyum melihat isi dalam rumahku, kini sudah terlihat lebih rapi dan fresh dari sebelumnya. Aku sudah mengganti bunga mawar yang layu, membersihkan debu yang menempel di figure anime milikku, menata ulang Piagam, Piala, dan Mendali yang ada di lemari kaca, dan masih banyak yang lainnya. Aku hebat, aku sanggup untuk menyapu lantai rumah yang luasnya kurang lebih 5x5 meter dengan 2 lantai ini. Hampir 2 jam kuhabiskan hanya untuk bersih-bersih.
Gabutku bermanfaat juga ya?
"Nah, kalo gini kan enak liatnya. Kak Minzu pasti bangga sama gue" monologku diakhiri dengan senyum bangga.
let me introduce my family. 3 tahun yang lalu, kedua orang tuaku dan kak Minzu memilih untuk bercerai setelah 2 tahun lamanya mereka bertengkar. Semua dipermasalahkan dari masalah kecil hingga masalah besar. Setelah orang tua kami bercerai, kak Minzu memutuskan untuk tidak mengikuti Papa atau Mama begitu juga denganku. Sejak saat itu, kak Minzu mulai mencari pekerjaan yang bisa menerima seorang siswi yang belum lulus SMP. Dan akhirnya kak Minzu diterima bekerja di salah satu cafe yang ada di dekat perumahan kami. Sekarang yang kami tahu, mama sudah memiliki pengganti papa, sedangkan papa pergi ke luar negeri untuk melanjutkan bisnis disana.
Berkat tabungan yang kami kumpulkan bersama selama beberapa tahun, kini kami bisa memiliki rumah tingkat dua dengan halaman yang cukup luas dan bagasi untuk mobil.
Keren, gak?
Sambil menunggu kak Minzu pulang dari kerja, aku memutuskan untuk bermain game playstation yang sudah kubeli beberapa bulan yang lalu menggunakan uangku sendiri.
Mandiri, kan? Riki gitu loh.
MINZU'S POV
"Kenalin, gue Heilla Kim!"
"Gue Nishimura Minzu" ucapku lalu tersenyum tipis.
"Wow! Lo orang Jepang?" Tanya Heilla terkejut.
Aku hanya mengangguk.
"Pengen deh bisa bahasa Jepang, kapan-kapan ajarin gue bahasa Jepang ya?" Pinta Heilla dengan nada bermohon yang terdengar rada-rada di telingaku.
Rada-rada...berlebihan?
Aku melirik teman-temanku yang sedang berdiri di pintu dapur sambil memasang wajah julid mereka.
Mereka mulai lagi.
"Oke, kapan-kapan gue ajarin lo bahasa Jepang."
"Yeay!"
"Heilla kim? Silahkan masuk ke ruangan saya."
Ini adalah kak Taemin, dia adalah anak tunggal dari keluarga kolong merat. Ayahnya pemilik perusahaan Cana. Perusahaan yang sangat terkenal. Dan ibunya pemilik butik ternama di Amerika.
Keren.
"Baik kak" ucap Heilla lalu ia melambaikan tangannya ke arahku sebelum masuk ke ruangan kak Taemin.
Teman-temanku langsung menghampiriku.
"Tuh kan, gue bilang juga apa" ucap Ningning kesal sambil melipat tangannya di dada.
Sunoo meringis pelan. "Masih awal, jangan nilai orang dari covernya" ucap Sunoo yang ada benarnya.
"Tau tuh, si...ning ning padiding~" ucap Haechan sambil Jaipongan.
"Ih beneran! Gue sama dia udah enam tahun temenan! Jadi gue tau sifat aslinya!" Pekik Ningning sambil memukul Haechan yang terus mengejeknya.
"Udah, mending kalian balik ke tugas masing-masing" ucapku dan mereka pun kembali ke tugas mereka masing-masing.
It's like a po~laroid love
Sarang—
"Halo?"
"Halo kakak yang cantik, baik, ramah, dan pe—"
"Pasti ada maunya, to the point aja Rik. Gue sibuk"
Terdengar kekehan dari seberang sana.
"Ice Choco, sama Bungeoppang nya 1 ya kak!"
"Bungeoppangnya buat di rumah aja, kan lo bisa Rik."
"Oh lo gak trauma nyuruh gue buat Bungeoppang? Tuh adonan tumpah kemana-mana, Bungeoppang gosong, Bungeoppang gak ada isinya, Bungeoppang gaada mulutnya bahkan gak ada kepalanya...lo yakin nyuruh gue buat Bungeoppang nih?"
"Gak jadi! Mau Bungeoppang rasa apa?"
"Rasa yang pernah ada kak. Yang sulit dihilangkan kalau—"
"Oke yang biasa!"
Aku langsung memutuskan sambungan telpon sebelum Riki semakin menjadi-jadi ngelanturnya.
***
Jam menunjukkan pukul 1 siang, sudah saatnya untuk pulang. Sebelum pulang, aku membuatkan Riki Ice Chocolate dan Bungeoppang isian coklat. Setelah selesai, aku pun masuk ke ruang karyawan untuk mengambil tasku.
Kulihat, masih ada Ningning, Haechan dan Sunoo yang sedang mengobrol.
"Eh? Lo mau langsung pulang, Min?" Tanya Sunoo yang mungkin sadar dengan keberadaanku.
"Iya nih."
"Semuanya, gue pamit pulang!" Pekikku sambil melangkah keluar ruangan.
"Iya hati-hati di jalan!"
***
Saat sampai di rumah, aku cukup terkejut melihat seisi rumah yang sangat rapi dan terlihat bersih.
"Wow! Lo nyewa orang buat bersihin rumah, Rik?!"
Bercanda.
"Yakali anjir! Ini gue yang bersihin. Hebat kan, gue?"
Aku menghampiri Riki yang sedang duduk di sofa ruang tamu untuk mengacak rambutnya, "iya gue akui lo hebat. Nih pesanan lo tadi" ucapku sambil menyodorkan pesanannya.
"Yes!"
Aku meletakkan tasku di meja lalu, duduk di sebelah Riki.
"Upin Ipin ada episode baru loh kak."
"Oh iya!" Pekikku sambil menepuk dahi. Dengan cepat aku merebut remot TV dari Riki namun, sayangnya gagal. Riki sudah mengambil ancang-ancang menyembunyikan remot TV itu di balik punggungnya.
"Eits! Gak semudah itu, nonton FTV dulu dong!"
"Gue gak suka FTV anjir, ganti!"
***
Keesokan harinya...
Aku sudah menggunakan pakaian seragam sekolah hari Senin. Aku membuat Roti Bakar dan Bungeoppang untuk sarapanku dan Riki.
Gak bosen? Jawabannya tidak.
Kenapa Riki bisa suka Bungeoppang? Dimulai dari Riki yang iseng membeli Bungeoppang, karena aku memintannya untuk membeli sesuatu agar uangnya habis sampai akhirnya kini Riki terlope-lope dengan Roti berbentuk ikan tersebut.
"I'm nothing without you, my little Bungeoppang" kata Riki 2 tahun yang lalu.
"KAK! HANDUK!"
Aku menarik lalu menghembuskan nafasku, lagi dan lagi aku harus menunda kegiatan hanya untuk memberikan adikku handuk.
Dengan cepat aku mencari handuk adikku itu lalu, menggedor brutal pintu kamar mandi milik Riki.
"Santai atuh kak!" ucap Riki setelah membuka pintu kamar mandi.
Aku hanya menatapnya kesal sambil menyodorkan handuk ke arah Riki yang hanya memunculkan kepalanya saja.
"Sebenarnya, lo ke kamar mandi tuh apa sih yang lo inget bawa?" Tanyaku kesal sambil berkacak pinggang.
Riki menatapku selama 5 detik sebelum akhirnya ia kembali menutup pintu kamar mandi tanpa bicara.
"WOI! RIKI!"
Aku menggeleng heran menatap pintu kamar mandi Riki. Sudahlah, lebih baik aku melanjutkan kegiatanku yang tertunda hanya untuk mengambilkan Riki handuk.
Setelah selesai membuat roti bakar dan Bungeoppang, aku langsung membagikannya kepada Riki yang sudah duduk di meja makan dengan dasi berwarna hitam yang tergantung di lehernya.
Riki kalau di lihat-lihat cakep juga ternyata. Rambut hitamnya yang basah di tambah kemeja putih dan celana hitam sekolah, belum lagi kalau dia pakai almamater sekolah wuihh asli ganteng!
"Inget makan nanti pas istirahat" ucapku sambil memberikan kotak bekal berisi roti Bungeoppang dan Ramyeon.
Riki mengernyit sambil menerima kotak bekal tersebut sebelum bertanya, "terus lo?"
"Gak dulu, gue enakan makan nanti pulang sekolah." Jelasku lalu tersenyum.
"Tapi nanti kalau lo—"
"Udah, ayo makan!" Ucapku dan di balas anggukan dari Riki.
Setelah selesai makan, kami pun berangkat sekolah. Kami pergi ke sekolah menggunakan Bus. Sebenarnya aku memiliki mobil tetapi, aku lebih memilih untuk naik Bus daripada mobil. Karna, di sekolah susah untuk mencari parkir mobil.
Sesampainya kami di halte Bus, kami tidak menunggu lagi, karena Bus sudah ada di hadapan kami. Dengan cepat kami masuk ke dalam dan memilih tempat duduk.
RIKI'S POV
Aku sedang menatap pemandangan dari jendela kaca. Bus bergerak melewati toko-toko yang masih bersiap-siap buka, warga yang sedang berjalan atas jalan trotoar menuju tempat kerja, mengajak hewan peliharaannya jalan-jalan, dan masih banyak lagi.
Puk!
Aku menoleh dengan pelan ke arah kanan pundakku, ada kak Minzu yang sepertinya tertidur. Aku menatap wajah kakaku dengan lembut, lalu aku menyibak rambut kak Minzu yang menghalangi wajah cantiknya itu. Lalu, tanpa sadar sudut bibirku sedikit terangkat.
"Lo udah berusaha jadi papa, mama dan kakak untuk gue. Gue jadi gak tega liat lo sampai ketiduran gini."
Aku membenarkan posisi tidurnya agar bisa tidur dengan nyaman di pundak lebarku.
"Gue bangga sama lo kak, i love you."