Chereads / Countdown ( INDONESIA ) / Chapter 2 - MIMPI

Chapter 2 - MIMPI

Aku mendapati diriku sedang berdiri di hamparan cermin yang begitu luas dan terlihat tak berujung. Hanya ada aku, cermin dan pantulan bayanganku di sini. Apa aku sedang bermimpi? kelihatannya memang seperti itu, dan berpikir jika aku menyadari sedang berada di dunia mimpi, maka ini mungkin yang dinamakan dengan lucid dream. Aku tidak pernah mengalaminya sebelumnya atau tertarik untuk mencobanya, tapi, seperti yang dikatakan orang-orang, mimpi ini terasa begitu nyaman dan sangat tenang. Aku menikmati mimpi ini dan sedikit tersenyum, udara di sini juga terasa sangat menyegarkan dan seolah-olah beban di pundakku menjadi lebih ringan dari sebelumnya.

"Tidak buruk."

Aku berjalan-berjalan melintasi hamparan cermin yang begitu luas, namun tiba-tiba memberikan perasaan yang aneh dan membuatku sedikit waspada. Ada sensasi dingin yang menyentuh kulitku, dan aku merasa jika ada seseorang yang sedang mengawasiku di suatu tempat yang tak bisa ku jangkau atau bisa kulihat. Bayangan wajahku yang terpantul di lantai, membuatku merasa tak nyaman dan ada perasaan tak wajar pada bayangan itu. Dan saat aku mencoba mengalihkan tatapanku, tekanan luar biasa tiba-tiba menekan leherku dengan sangat kuat dan memaksaku untuk melihat bayangan itu lagi. Kemudian, aku mendengar suara gemuruh yang cukup besar seperti badai pasir yang mengamuk dan membuat seluruh cermin di tempat ini bergetar dengan liar.

Ada suatu kekuatan aneh yang menekanku begitu kuat, dan terus memaksaku untuk memperhatikan pantulan wajahku yang entah kenapa terlihat mengerikan. Aku menerima tekanan yang luar biasa dan terus mendorong kaki dan kepalaku untuk berlutut pada bayangan itu. Dan intuisiku segera berkata jika ada suatu bahaya yang tidak bisa dijelaskan dan terasa asing akan segera menghampiriku. Situasi ini memberikan rasa takut yang cukup jelas dan membuatku seketika sulit bernapas.

Aku mulai memperhatikan bayanganku untuk sementara waktu. Bayangan itu terlihat sedang menatapku dengan mata yang memiliki kesan tak wajar, dan seketika membuat bulu kudukku berdiri. Perasaan macam apa ini sebenarnya?

"Apa mataku selalu seperti ini sebelumnya?"

Sepasang mata cokelat dengan tatapan gelap terpantul dengan jelas pada cermin yang begitu bening dan tak memiliki retakan dimanapun. Rambut hitamku dan tubuhku yang kurus memberikan gambaran menyedihkan dari seorang siswa SMA yang tak memiliki daya tarik apapun disana. Sosok yang selalu berada di bawah bayang-bayang bajingan bernama Clay Valdis terpantul di depanku dengan tatapan yang suram.

Aku menatap bayanganku selama beberapa saat, hingga tiba-tiba cermin itu mulai retak dan mengeluarkan suara yang cukup nyaring- dan di sanalah hal yang aneh terjadi lagi, bayanganku mulai menyeringai licik dan menatapku dengan mata yang merendahkan. Aku tersentak terkejut dan merasakan kemarahan yang tak bisa kujelaskan alasannya. Bayangan itu terasa begitu nyata ... dan hidup, seolah-olah bayangan itu adalah diriku yang asli, dan aku adalah bayangan yang sebenarnya. Mata itu memberikan perasaan keputusasaan dan keserakahan yang busuk. Tatapan itu terasa begitu kejam dan menusuk- benar, layakanya mata bajingan terkutuk itu. Sekarang aku melihat diriku sendiri sedang menatapku dengan tatapan yang sama dimiliki oleh bajingan itu- tatapan yang selalu memberikan kenangan pahit selama aku bersamanya. Sejak kapan aku punya ekspresi yang seperti itu?

Dan kemudian, banyanganku akhirnya membuka mulutnya dengan ekspresi yang benar-benar merendahkan.

"Lihatlah pecundang ini. Apa kau setakut itu untuk melihatku?"

"...."

"Tidak mau menjawab ya. Yah, terserah, lagipula aku sudah tahu jawabannya."

Mendengar perkataan omong kosongnya, akupun tersenyum sinis. "Lihatlah bayanganku yang bodoh ini, apa kau baru saja menyebut dirimu sendiri pecundang?"

"Bayangan? Apa kau bodoh atau gila? Atau mungkin kau adalah dua-duanya. Memangnya siapa kau berani menyebutku sebagai bayanganmu?"

"Itulah kenyataannya." Ini konyol, melihat aku sedang bertengkar dengan bayanganku sendiri sekarang. Tapi ini adalah alam mimpi, hal absurd seperti ini pasti akan terjadi dan akan segera terlupakan saat aku terbangun dari tidur, jadi, seharusnya aku tak perlu menanggapinya dengan serius.

"Jangan terlalu percaya diri. Aku bukanlah dirimu."

"Ya ya, terserah."

Dia menghela napas dan menatapku dengan jengkel. Aku terdengar gila karena aku merasa senang dengan pertengkaran konyol ini, dan kenyataan bahwa aku senang dengan mengejek diriku sendiri, membuat harga diriku tersakiti. Tapi aku tak bisa menahan diri untuk melampiaskan sedikit kekesalanku sekarang dan merasa puas karenanya. Lagipula ini hanyalah mimpi, dunia yang tercipta dari alam bawah sadarku dan akan segera menghilang pada saatnya, jadi aku seharusnya tak perlu memikirkannya. Iya kan?

"Hei kau, kenapa bayangan sepertimu bisa berbicara?"

"Biar kujelaskan lagi pada orang bodoh sepertimu. Aku bukanlah bayanganmu."

"Hmm, lalu kau ini apa?"

Dia menyeringai lebar dan terlihat sedang mengejekku dengan tatapannya. "Aku adalah ∎∎∎∎ "

"Ha? Apa?"

"Oh, jadi kau tak bisa mendengarnya. Yah, sudah kuduga ini akan terjadi. Kau memang belum pantas untuk mengetahuinya, setidaknya untuk sekarang." Dia terkekeh dengan mata yang begitu merendahkan.

Aku benar-benar ingin memukul cermin ini dan menghancurkan sosok arogan sialan ini. Tapi, aku tidak punya keberanian untuk menghadapi apa yang akan terjadi setelahnya, karena itu mungkin akan berubah menjadi mimpi yang lebih buruk dari sebelumnya. Dan aku tidak ingin mengambil resiko yang mengerikan seperti itu. Dan pada akhirnya, aku hanya bisa mengepalkan tanganku dan menginjakkan kakiku pada wajah bajingan ini. Iya, ini terasa menyakitkan, tapi aku tak tahu harus bagaimana lagi untuk membalas kaparat ini.

"Hei kau! Sialan! Singkirkan kaki kotormu itu dari wajahku!"

"Tapi ini menyenangkan." Aku hanya bisa tersenyum pahit saat mengatakan kebohongan itu.

"Brengsek!"

Bam!

"Apa- !"

Dentuman besar tiba-tiba datang dan menggetarkan seluruh cermin yang berada di tempat ini. Aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan posisi yang menyakitkan. Itu benar-benar menyakitkan dan membuat telingaku sedikit berdegung. Cermin yang kupijak terlihat bergelombang membentuk ombak yang cukup panjang dan terus menyebar, pemandangan itu benar-benar seperti ombak di lautan yang luas dan seketika membuatku terpukau. Ini benar-benar cermin yang sangat aneh dan terlihat menakjubkan, melihat bagaimana cermin ini bisa tetap bertahan walau dihantam kekuatan yang cukup besar.

"Apa yang kau lakukan, sialan!" Aku memegang pinggangku yang terasa remuk dan kepalaku mulai terasa pusing.

"Itu akibat dari ulahmu sendiri. Jangan membuatku marah."

"Tutup mulutmu!"

"Tidak mau."

"Bajingan!"

Dia menyunggingkan senyuman yang membuatku hampir kehilangan kendali. Aku benar-benar ingin menghancurkan sosoknya sekarang dan kembali bermimpi dengan tenang dan damai. Orang-orang mengatakan jika seseorang yang mengalami lucid dream, maka dia akan memiliki kendali penuh pada mimpinya dan bisa melakukan apapun, tapi, berapa kalipun aku menginginkan bajingan ini untuk menghilang atau keinginan untuk segera bangun dari mimpi payah ini. Tak ada apapun yang terjadi. Apa ini bukan lucid dream? Lalu sebenarnya, mimpi macam apa ini?

Kaparat ini kemudian mengetuk-ngetuk cermin dengan seringai busuk di matanya. Dia benar-benar merendahkanku dan membuatku terlihat begitu payah di depannya.

Lalu dia tertawa kecil dan menatap wajahku lekat-lekat. "Lucu sekali, sampai kapan kau mau terus berada di tubuh itu?"

Apa? Apa lagi maksud perkataannya itu.

Aku belum sempat bertanya, bayangan sialan itu tertawa lagi dan menatapku dengan tatapan yang penuh dengan kebencian.

"Enyahlah bajingan. Hama sepertimu tak akan bisa mencapai apapun."

"Apa maksudmu?"

Dia terdiam untuk sementara waktu saat melihat ekspresi kebingunganku. Dan kaparat ini kemudian mulai tertawa keras, dan saat itu pula beberapa retakan mulai muncul pada cermin di sekitarku dan bergetar kuat, seolah-olah terlihat akan hancur kapan saja dan menarikku ke tempat yang tak akan bisa kupahami dan menelanku hingga ke dasar yang sebenarnya tak memiliki dasar. Sebuah perasaan yang tak bisa dijelaskan meraung di hatiku dan membuat dadaku terasa begitu sesak. Jantungku mulai berdetak kencang, dan aku tak tahu pada apa yang sebenarnya terjadi sekarang. Suara retakan yang nyaring membuat telingaku sakit dan berdengung, dan bayangan sialan itu tetap tertawa lepas dan segera membuatku bergidik ngeri. Rasa takut segera mengalir deras di pikiranku. Tangan dan kakiku bergetar liar dan membuatku seperti kelinci bodoh yang tak punya kekuatan untuk bertahan.

"Jadi begitu, aku paham akhirnya."

"Hei! Apa maksud omong kosongmu itu?"

Dia terkekeh, "Orang bodoh hanya akan bertambah bodoh. Menjawab pertanyaanmu hanyalah hal yang sia-sia. Aku tak akan menerima hama sepertimu."

"Sialan kau! Mimpi ini benar-benar konyol!"

"Teruslah berpikir seperti itu, karena pada akhirnya, kau tak akan mencapai tujuan bodohmu."

Aku menyerah untuk menanggapi omong kosongnya dan mencoba mempertahankan ketenanganku. Tapi, situasi ini benar-benar terasa begitu nyata, dan aku bisa merasakan semuanya. Rasa takut, ketidak berdayaan, bingung, marah dan rasa sakit di tubuhku. Segalanya terasa begitu jelas hingga aku tak bisa mencerna sedikitpun situasi macam apa ini.

"Takdir tak akan bisa diubah, masa lalu tak bisa diperbaiki, kematian tak akan bisa dihapuskan ... dan kau seharusnya menyadarinya. Sunggung malang, kenapa kau melakukan hal yang begitu tidak berguna? Aku benar-benar tidak mengerti."

Aku tak menjawab apapun, dan dia melanjutkan kalimatnya.

"Yah, aku rasa ini harus segera berakhir. Biar aku katakan lagi pada pecundang sepertimu, kau tidak akan pernah bisa ∎∎∎∎∎ aku bisa memastikan itu. Ini bukanlah perpisahan, jadi kita akan bertemu lagi." Seringainya melebar dan segera membuatku muak.

Telingaku berdengung dengan kuat hingga aku tak bisa mendengar kalimatnya secara keseluruhan. Mata merendahkan itu menatapku dengan lekat, sesuatu dari dirinya membuatku hampir tak bisa bernapas dan rasa takutku semakin memburuk, tekanan yang diberikannya begitu kuat hingga aku terjatuh berlutut sambil mencengkram dadaku yang begitu sesak.

"Saatnya aku pergi. Yah, tidak buruk. Aku akan mengawasimu dari sekarang, jadi berikan hiburan yang menarik dan berbeda. Aku ingin merasakan rasa yang unik dan menggairahkan, dan kau harus melakukannya untukku."

"Tutup mulutmu!"

Dia hanya tersenyum sinis ke arahku dan kemudian-

Crashh!

Dia menjentikkan jarinya, dan keselurahan cermin yang mengeliliku segera hancur berkeping-keping, dan mengeluarkan suara ledakan yang dahsyat. Aku segera menutup telingaku karena gelombang suara yang begitu memekakkan telinga tiba-tiba menghantamku dengan kecepatan tinggi. Kekuatan yang begitu agresif segera mendorongku terjatuh ke ruangan yang begitu gelap dan menelan pecahan cermin yang tersebar dimana-mana. Sesuatu yang tidak bisa kujelaskan terasa sedang menatapku dengan aura keserakahan yang begitu pekat dan terasa menjijikkan.

"Sial, apa-apaan ini."

Aku terjatuh semakin jauh ke dalam jurang hitam yang terlihat tak memiliki akhir. Tubuhku semakin berat dan berat, aku hanya bisa pasrah pada tarikan itu dan kepalaku terasa begitu sakit. Aku tidak pernah merasakan mimpi yang seperti ini sebelumnya, dan ini terasa begitu nyata hingga aku tak tahu mana yang kenyataan dan mana yang mimpi. Ini semua membuatku bingung dan pusing.

Aku yang tak bisa melakukan apapun, akhirnya memutuskan untuk memejamkan mataku dan menyerah. Aku hanya bisa pasrah pada apapun yang akan terjadi selanjutnya dan menunggu untuk bangun dari mimpi konyol ini. Aku segera merasakan kantuk yang luar biasa, dan tubuhku yang semakin berat membawaku ke tempat yang tidak diketahui. Bajingan itu tiba-tiba menghilang begitu saja saat cermin itu hancur secara bersamaan. Meninggalkan begitu banyak tanda tanya di kepalaku, aku tidak pernah sejengkel ini pada diriku sendiri.

Dan setelah beberapa saat, aku merasakan cahaya terang yang menusuk mataku namun terasa menyegarkan di sisi lain. Akupun segera membuka mataku dan terkejut.

"Eh?"

Waktu berlalu begitu cepat, hingga aku tidak menyadari jika hari sudah berganti. Pagi yang cerah menyapaku dan aku segera bangkit dari tempat tidurku yang berantakan, aku merasakan rasa lelah yang luar biasa dan tubuhku mengeluarkan keringat yang cukup banyak. Aku hanya terdiam di ruanganku dan mengalihkan mataku pada cermin besar yang terpasang di dinding kamarku. Mengamati pantulan wajahku untuk beberapa saat, aku segera mengalihkan tatapanku pada tumpukan sampah yang berserakan di sana sini dan mendengus. Akupun hanya bisa menghela napas panjang dan mulai memunguti sampah yang berserakan.

Kemudian bergumam, "mimpi apa tadi aku?"

Aku benar-benar melupakan mimpi konyol itu.