Lima menit kemudian, Karin telah memegang sebotol anggur dan membuka ruangan termewah itu. Tirai tebal di dalam ruangan itu tertutup semuanya dan lampunya pun juga tidak dinyalakan. Sehingga, itu tidak bisa membuat Karin melihat dengan jelas bagaimana sosok mereka semua.
"Pak? Anggur yang anda inginkan ada di sini ..." ucap Karin yang berdiri di pintu dan tidak bergerak. Bahkan suaranya terdengar dari sudut pintu.
"Kemarilah!" Pria itu berkata seolah-olah sedang menekan tenggorokannya dengan suara yang pelan.
Bahkan korek api itu terdengar di telinga Karin dengan jelas. Karin juga merasa jantungnya berdebar karena tidak pernah melakukan pekerjaan ini. Karin kemudian menggigit bibir bawahnya dan mulai masuk ke dalam. Lalu, dia meraba-raba dan berdiri di antara sakelar, "Pak, biarkan aku menyalakan lampunya ... ah!"