Seketika saja aku mendapatkan telepon dari Papa. Tumben sekali dia menghubungiku. Aku pun mengangkat sambungan telepon itu. Papa bilang kalau nanti malam akan ada pertemuan dengan direktur utama perusahaan ternama di Prefektur Tokyo. Aku diharuskan hadir dalam pertemuan itu. Katanya, pertemuan tersebut cukup pribadi dan privasi. Dengan kata lain hanya aku, Papa dan si direktur utama itu yang akan bertemu. Ku tolak permintaannya itu dikarenakan malam akan diadakan rapat mengenai proyek baru yang akan dibangun di kota Nagasaki, tapi Papa memerintahkan Hotaka untuk mengambil alih rapat agar aku datang ke pertemuan itu. Cih! Sial! Ternyata dia sudah membicarakannya dengan orang kantor. Aku mengiyakan saja perintahnya daripada nyawaku melayang karena menolak. Lagi pula aku tak memiliki alasan lain lagi yang bisa ku lontarkan.
Papa memutuskan sambungan telepon setelah mendapatkan persetujuan dariku. Ku sandarkan diri di sandaran kursi kerja dan menghela napas berat.