Sungguh, Tasaki begitu menyebalkan. Aku sudah terlanjur kesal dan hal itu membuatku malu sekali. Sepertinya dia menjebakku. Lelaki sialan!
"Sekarang aku tahu betapa cemburunya kau dengan kedekatan Miyazaki dan orang lain," katanya. Aku hanya memutarkan kedua bola mataku. Dia kembali tertawa. Aku tidak bisa menahan senyumku. Sungguh, rasanya memalukan.
"Aku senang akhirnya kau jatuh cinta dengan seseorang," ucapnya dengan nada serius. Tasaki kembali duduk di kursi. "Mungkin Miyazaki bisa membuatmu bahagia. Jangan sampai kau mengecewakannya, karena dia terlihat baik sekali, bahkan perhatian kepada semua orang," lanjut dia.
"Aku pasti mengecewakannya, apalagi menyembunyikan penyakitku," balasku.
"Ya, dia akan kecewa. Tidak ada salahnya kau mulai memberi tahu dia tentang penyakitmu ini. Mungkin dia akan sangat khawatir, tapi rasanya tidak baik kalau kau terus menyembunyikannya. Bagaimana reaksinya nanti, kau yang lebih tahu," katanya. Aku mengangguk.
