Sagara terus melangkah melewati lorong rumah sakit yang kali ini tidak terlalu ramai seperti tadi.
Hal demikian membuat Sagara sendu.
Tak ada yang menyapa dirinya penuh dambaan lagi, padahal niat hati Sagara suap menyiapkan kata-kata untuk membalas tatapan mereka.
Ahk sepertinya dunia memang sedang tidak memihak.
"Aku bingung harus pergi ke mana terlebih dahulu," tutur Sagara memelankan laju langkahnya kala sebentar lagi ia akan sampai di parkiran rumah sakit.
"Jika aku pergi ke rumah pasti aku akan merasa jenuh, aku tidak memiliki pekerjaan apa pun di sana dan ... aku takut si banci tidak waras itu datang lagi ke rumah lalu menggempurku. Ahk, aku tidak ingin badan indahku encok lagi," monolog Sagara mengeluh. Mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di dagu, berpikir keras tempat mana yang pas untuk ia kunjungi.