"Ehk pria tampanku!" Mpok Bobo berseru senang, melangkah centil mendekati Sagara dengan kipas bulu berwarna birunya yang berkibar di samping wajah.
Sagara menahan napasnya, meneguk ludahnya bulat-bulat. Demi apa ini? Semalam dirinya bermimpi apa? Kenapa pagi-pagi seperti ini dirinya sudah diberi kesialan begini?
Tak apa, Sagara ikhlas bin ridho jika kesialannya motor mogok, sampai jam sembilan pagi pun atau bahkan sampai sore Sagara rela asal jangan diberi kesialan yang bersangkutan dengan pria bercosplay wanita yang ada di hadapannya.
Sungguh, rasanya Sagara ingin menjerit menangis sekencang-kencangnya saat itu juga!
Kedua telapak kakinya seakan sudah dilem bersama aspal membuat Sagara sulit untuk berlari. Boro-boro berlari untuk berjalan saja rasanya sangat berat.
"Be-berhenti! Ja-jangan mendekatiku!" titah Sagara tegas namun terdengar terbata-bata, sepertinya Sagara ketakutan dengan manusia yang bernama Mpok Bobo tersebut.