"Vina."
"Iya, Nek?"
"Nenek mempunyai satu permintaan terakhir untukmu. Sebelum Nenek pergi jauh untuk selama-lamanya."
Devina sangat tidak suka mendengar kata terakhir yang diucapkan neneknya. Akan tetapi, ia juga mengerutkan keningnya heran dengan kalimat pertama yang diucapkan neneknya. "Apa itu, Nek?"
Sebelum kembali berucap nenek tersenyum hangat, menggenggam tangan Devina yang terasa dingin dengan lembut. "Nenek ingin menjodohkan kamu."
"A-apa?" Devina reflex berteriak, ia menutup mulutnya tidak percaya. "A-apakah nenek bercanda?" tanyanya memastikan berharap ucapan sang nenek hanyalah sebuah candaan.
"Tidak, Sayang. Nenek tidak bercanda," timpal sang bunda, Gina.
Tatapan Devina beralih pada Gina. "Tapi, Bu. Aku masih bekerja, bahkan aku sudah mempunyai kekasih," jelasnya berharap mereka mengerti.
"Vina, nenek sangat menyayangimu. Dia menginginkan kamu agar mendapatkan suami yang baik," jelas sang ayah ikut menimpal perkataan istrinya, Gio.