Kini, di malam ini kembalinya sosok Erlangga bersama yang lain, begitu setia menanti jawaban apa yang akan Ziya berikan padanya.
Jika Ziya menerima mungkin ini merupakan sebuah keberuntungan besar bagi Erlangga.
Akan tetapi jika Ziya menolak, Erlangga tak tahu bagaimana nasib perasaannya, mungkin ia harus ikhlas.
"Bagaimana nak Ziya?" tanya Abista pada sang anak.
Ziya menatap Demanda seolah dirinya meminta tanggapan. Demanda mengangguk kecil sembari tersenyum tipis mengisyaratkan bahwa wanita paruh baya itu setuju akan lamaran ini.
Ziya menyatukan kedua tangannya yang sudah berkeringat dingin, menarik napas yang kemudian berkata, "Bismillahirrahmairrahim, atas izin Allah aku telah memantapkan jawaban serta hati. Aku, Ezra Ziya Mersiha menerima lamaran darimu Erlangga Rejandra Winanda." Setelah berkata itu Ziya langsung menunduk. Malu! Sungguh Ziya malu.
"Alhamdulillahi rabbil'alaimin, MaSyaaAllah TabarakaAllah," ucap Abista yang tak kalah bahagia seperti yang lainnya.
