Tania meringis merasakan rasa sakit di bagian pinggangnya. Moriz jahat, baru saja dia mendorong Tania hingga terjatuh di atas sofa, sabagt beruntung tidak mengenai meja. Jika iya, mungkin Tania akan mengeluarkan banyak darahnya. Ia menatap Moriz tajam dengan napas memburu, berusaha bangkit dan berdiri di hadapan Moriz.
"Dasar pria yang tidak tahu diri!" bentak Tnai tepat di wajah Moriz. Ia tidak boleh takut, ia harus berani melawan mantan kekasihnya ini. Jari telunjuknya ia angkat hingga sejajar dengan kedua mata merah milik Moriz. "Aku benci sama kamu! Ingat itu!" desisnya pelan dengan menekan setiap kata.
Moriz membalas tatapan Tania. Ia mengepalkan kedua tangannya dengan kuat hingga membuat urat-urat kecil tercetak jelas di sana. Tania telah membangunkan macan yang sedang tertidur. Ia mencengkeram kuat bahu Tania. "Kau tahu, jika aku tidak suka setiap keinginanku ditolak!" geramnya.