"Tidak, a-aku tidak ingin hamil. Lucky, i-ini anak siapa Lucky ... hiks."
Hari sudah menunjukan sore hari tapi Metha masih saja meraung-raung dan menangisi tentang kehamilannya. Sekarang Metha dan Lucky sedang berada di rumah Lucky.
"Metha, sudah ... kamu tidak boleh nangis seperti itu," kata Lucky. Dengan sekuat tenaga ia memegang kedua tangan Metha agar tidak memukul-mukul perutnya. Bisa-bisa janin yang ada di dalamnya gugur begitu saja.
Metha menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kasar nan kuat. "Lucky! Aku tidak ingin hamil!" teriak Metha menggema. Air mata terus saja berderai bebas membasahi kedua pipi Metha serta leher jenjangnya. Rambutnya sudah terlihat begitu acak-acakan nan tidak beraturan.