Metha melotot kaget. "Apa maksudmu?" tanyanya terkesan menyentak. Bagaimana bisa Lucky si pria yang dikenal dapat menjaga mulutnya tiba-tiba saja berkata sefrontal itu.
Lucky malah tertawa kegirangan. "Hahaha, aku sangat menyukainya," ucapnya layaknya anak kecil yang tengah bermanja ria pada ibunya. Ia mendusel-duselkan kepalanya ke leher jenjang Metha.
Metha mendengus. "Dasar orang mabuk, selalu saja menyusahkan," gerutunya kesal. Ia membawa Lucky menyebrangi orang-orang yang tengah asik sendiri. Namun, tak sedikit pun dari mereka yang menatap Metha dan mencibirnya secara terang-terangan.
Metha berusaha tidak menghiraukan itu, yang harus ia pentingkan sekarang adalah Lucky.
Metha celingukan guna mencari taxi, kini waktu masih belum larut malam jadi Metha yakin pasti akan ada taxi yang masih berkeliaran guna mencari tumpangan.
Hanya beberapa menit menunggu, akhirnya ada salah satu mobil taxi yang mendekati dirinya. Dengan susah payah Metha membawa Lucky masuk ke dalam mobil.