"Jelaskan semuanya pak bagaimana ini bisa terjadi!" titah Aruna pada pak polisi.
Pak polisi tampak menghela napas gusar, bukannya tak apa tapi ia pun cukup terkejut melihat sang korban.
Salah satu polisi yang ada di belakangnya memberikan lembaran foto sebagai bukti. Polisi yang disebut sebagai ketua menerimanya lalu membeberkannya di atas meja.
Aruna beserta yang lain melihat itu, mereka tampak menutup mulutnya akibat terkejut, hanya Peter saja yang bersikap biasa, tak terkejut sedikit pun seperti yang lain. Toh, ini memang sudah takdir, apa yang harus dicemaskan? Pikirnya sudah tak peduli dengan sosok yang bernama Xeysa.
Oh ingat saja meski Xeysa sudah tiada dendam yang tersimpan di hati Peter masih tetap ada, rasa sakit, luka yang melebar di bagian ulu hatinya tak dapat sembuh begitu saja.
Sebenarnya Peter sudah melupakan dan tak ingin memikirkannya lagi, namun entah kenapa otaknya justru seperti otak wanita yang mudah ingat akan masa lalu.