"Bukankah kita akan pergi ke taman?" tanya Metha heran. Kedua netranya mengedar ke sembarang arah, tak ada pepohonan, tak ada danau, pun tak ada rumput-rumput sintesis seperti halnya di taman. Yang ada hanyalah sebuah gedung mondern bergaya Jepang, seperti lestaurant.
"Cuaca di luar sangatlah teriak, aku tidak ingin kau kepanasan yang bisa membuat kepalamu langsung pening. Lagi pula niat awal aku ingin membawamu ke sini," jawab sekaligus jelas Peter.
"Tapi ... tadi kau berkata...."
"Itu hanya alibi saja," sergah Peter cepat sebelum Metha melanjutkan protesannya.
Philip sudah terlebih dahulu ke luar, membukakan pintu sang atasan, Peter. Peter ke luar dari mobil dengan sikap penuh kharismanya.
Pria itu merapihkan jas serta dasi yang tampak sedikit oleng dari kata rapi.
"Tunggu, biar aku saja," kata Peter saat melihat Philip akan membuka pintu Metha.
"Baik, Tuan." Philip melangkah mundur memberikan ruang untuk tuannya itu.