Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Mafia Girl and the Bad Boy

Silvia_Lanisa
--
chs / week
--
NOT RATINGS
8.2k
Views
Synopsis
Menjadi calon penerus keluarga Mafia bukan hal mudah untuk Raynelle lakukan, meskipun ia menolak menjadi seorang pewaris, tapi takdirnya tidak bisa diubah, ia harus memilih di antara dua pilihan yang sulit. Bertahan untuk melanjutkan klan Jackinson atau merelakan nyawanya. Permainan bukan hanya sekedar di depan moncong pistol, namun Raynelle justru tak sengaja malah berurusan dengan Chris, lelaki yang tak sengaja memasuki dunia Raynelle, lantas bisakah Raynelle mempertahankan klan Jackinson sekaligus mempertahankan cintanya terhadap seorang lelaki playboy seperti Chris?
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1

Seorang wanita melakukan lompatan yang sangat heroik, melewati beberapa lantai demi lantai tanpa pengaman, hanya bermodalkan keberanian di ketinggian sepuluh kaki sampai tubuh ramping berbalut pakaian serba hitam itu memasuki salah satu ruangan di lantai tiga.

Kepalanya menunduk tatkala benda runcing mengarah padanya, setelah berhasil menghindar, langkah cepatnya segera menerjang beberapa orang yang sudah beradu otot beberapa menit sebelum dia datang.

Tujuannya hanya untuk bisa mendapatkan satu orang penting di ruangan itu, dan gadis itu mendapatkan posisi orang yang ia cari.

Di saat semua sibuk bertarung, gadis itu mendekati sang inti perkelahian, tanpa semua orang ketahui, gadis itu berhasil membawa orang incarannya keluar. Dan di luar ruangan, bius di berikan hingga orang tersebut pingsan.

"Bawa dia, serahkan pada orang yang yang menjadi target berikutnya." Ucapnya memerintah setelah menyerahkan orang tadi ke rekan kerjanya.

Gadis itu lantas bergegas menuju mobil Van hitam yang sudah terparkir lama, menunggu sang gadis itu datang.

Gadis bernama Raynelle Jackinson itu masuk ke dalam mobil, menutup pintu dan bergegas mengganti pakaian, tak lupa melepaskan cadar untuk menyembunyikan identitas.

"Jalan." Perintahnya pada sang supir. Sementara Raynelle sudah mengubah penampilannya, seorang gadis 20 tahun dengan kaca mata besar bertengger di hidung, terkenal pendiam hingga tak sedikit orang yang suka membulinya. Dia tak memiliki teman, namun kejeniusan nya memang sudah tidak di ragukan lagi.

Lorong menuju ruang kelas terasa sangat panjang, banyak orang yang menatap Raynelle dengan pandangan merendahkan, pakaian yang serba longgar itu benar-benar merusak penampilan Raynelle, belum lagi rambut yang di ikat satu dan kaca mata besarnya benar-benar mengganggu pemandangan.

Mengabaikan cemoohan para siswa, Raynelle terus berjalan sampai tiga orang gadis seusianya berdiri menghalangi langkah Raynelle. Raynelle menatap ketiga gadis itu bergantian dengan tatapan tanpa ekspresi.

"Coba kita lihat gadis mengerikan ini, bagaimana bisa dengan tampilannya yang menjijikkan dia selalu mendapatkan peringkat unggulan setiap tahun," cibir Claire merendahkan sembari memainkan rambut Raynelle dari belakang.

"Aku bersumpah, rambut Raynelle sangat indah." Celetuk Emma yang Langsung mendapat tatapan dari kedua temannya, Claire dan Harper, Emma menatap kedua temannya, "Ada apa? Aku benar kan?" katanya dengan polos.

Harper menghela nafas kemudian kembali menatap Raynelle lalu menarik buku yang di pegang oleh gadis itu hingga buku-buku yang dipegang Raynelle jatuh berserakan di lantai, Claire tersenyum sinis sembari menunjuk kening Raynelle mendorongnya dengan kasar.

"Jika bukan karena kepintaranmu, kau mungkin sudah tidak berada di sekolah ini," kata Claire merendahkan.

Raynelle masih diam kemudian menunduk mengambil bukunya yang berhamburan, namun Harper menginjak salah satu buku yang akan Raynelle ambil, Raynelle mendongak.

"Kau memang pantas mengambil barang tak berharga dari lantai yang kumuh ini," ucap Harper mengejek, Emma langsung berjongkok ingin membantu Raynelle namun Claire menarik baju Emma sembari memberi Emma peringatan,

"Apa yang kau lakukan!" ujar Claire.

Emma menatap Raynelle, "Aku ingin membantunya." jawab Emma apa adanya.

"Dasar bodoh! apa kau juga ingin menjadi menjijikkan seperti itu? Ish sudahlah, kau ikut dengan kami saja." Claire menarik tangan Emma kasar membiarkan Raynelle menatap ketiga gadis tadi sebelum mengambil buku-bukunya kembali.

Berdiri, lalu mengatur nafas kemudian Raynelle melanjutkan langkah menuju kelasnya hari ini, ketiga gadis yang di pimpin oleh Claire memang sangat suka mengganggu Raynelle, mungkin karena Raynelle terus diam melihat mereka yang selalu merundungnya untuk kesenangan.

Untuk saat ini masih akan Raynelle biarkan, ia ingin tahu sampai dimana Claire dan teman-temannya terus merundungnya seperti ini terus.

Hari mulai sore ketika kelas sudah selesai, Raynelle membereskan barang-barang miliknya untuk segera pulang namun geng Claire kembali datang, kali ini perempuan itu mendorong kepala Raynelle sampai terantuk oleh meja.

"Kenapa kau sangat ingin pergi dari sini, aku bahkan belum selesai bermain-main denganmu," kata Claire, sementara tangannya menakan kepala Raynelle di atas meja.

"Aku tidak memiliki urusan dengan kalian, jadi lepaskan tanganmu dari kepalaku." ucap Raynelle mulai geram dengan nada seperti alarm peringatan, jangan sampai Raynelle mengeluarkan sifat aslinya di depan Claire atau perempuan itu tidak akan pernah lagi bisa melihat indahnya dunia.

Harper dan Claire tertawa mengejek, melihat kedua temannya tertawa seperti itu Emma pun ikutan tertawa meskipun kasihan melihat Raynelle di perlakukan tidak baik.

"Kau memang tidak punya urusan dengan kami tapi kami punya urusan denganmu termasuk menyaksikan kau berlutut di depan kami dan bersedia menjadi pembantu suka rela ketika kami butuh." Ujar Harper.

Emma menoleh, "Bukannya itu sangat kejam?" sahutnya.

Harper menatap tajam ke arah Emma, "Jadi kau membela perempuan cupu ini!" ujarnya, Emma langsung mengangguk tapi kemudian menggeleng.

Raynelle menghela nafas rendah, entah sampai kapan mereka akan memperlakukannya seperti ini, "Lepas sebelum aku melakukan tindakan yang akan kalian sesali seumur hidup." ucap Raynelle kembali memperingati.

"Kau pikir kami takut denganmu!" Claire semakin mendorong wajah Raynelle ke arah meja.

Raynelle mengepalkan tangannya.

"HEI! Apa yang kalian lakukan!" seru seorang guru yang akan menempati kelas tersebut.

Claire langsung melepaskan tangannya berganti mengusap rambut Raynelle, "Kami hanya menyapa teman lama," lalu menoleh kearah Raynelle, "Benar begitu bukan?" lanjutnya dengan tatapan mencemooh.

Hampir saja, Raynelle menghela nafas, jika tidak ada pengajar itu mungkin Claire tidak akan keluar dari ruangan ini begitu saja.

"Tenangkan dirimu Raynelle, kau tidak bisa menunjukkan pada mereka saat ini." batin Raynelle sembari melihat ketiga semut tadi menjauh darinya. Raynelle memperbaiki kacamata dan ikat rambut kemudian berdiri.

"Kalian akan tau apa yang bisa aku lakukan jika aku sudah mulai bertindak." Raynelle membawa bukunya lalu keluar dari kelas tersebut.

_____

Sementara itu. Tawa beberapa pria mengundang orang untuk menoleh ketika lewat di depan pria-pria tersebut, pria yang terdiri dari empat orang itu memang selalu berkumpul di satu tempat menggoda gadis-gadis yang lewat di area mereka.

Chris, Ben, Andrew dan Martin, empat pria yang cukup populer dengan ke playboy-an mereka, bahkan kerap kali ke empat pria itu melakukan taruhan untuk mengencani perempuan yang menjadi target mereka hari itu sebagai bahan permainannya.

"Kau tau perempuan kemarin lumayan bagus dan aku memilih untuk mempertahankannya beberapa hari lagi," ucap Martin.

Andrew terkekeh.

"Kupikir permainannya cukup bagus sampai kau mempertahankannya." Sahut Ben.

Martin tertawa. "Kau tau, dia sangat pintar, kurasa dia sangat perpengalaman melakukannya hingga aku merasa sangat puas ketika bermain." katanya dengan mata berbinar-binar.

Asap keluar dari bibir Chris dari benda beracun yang diapit oleh kedua jarinya, "Bagaimana bisa kau merasa puas dengan satu wanita padahal masih banyak wanita yang belum kita kencani di sekolah ini." katanya.

Andrew memeluk leher Chris, "Kau benar, tidak seharusnya kita puas pada satu wanita jadi mari kita lihat keberuntunganmu hari ini, kau lihat lorong itu? Siapapun gadis yang lewat di sana kau harus membuatnya mau berkencan denganmu jika tidak mobil Venero Roadster milikmu kau relakan untukku."

"Lalu jika kalah?" sahut Ben.

Martin menyahut, "Andrew harus memberikan barang kesayangannya untuk Chris, apa itu adil?" katanya.

Chris mengangguk, "Aku setuju dan jika aku menang aku ingin koleksi yang baru kau dapatkan kemarin." jawab Chris.

Andrew mendengus, "bagaimana kau tau mengenai hal itu?" ujarnya.

Chris mengedikkan bahunya, "Bagaimana bisa aku tidak tau jika kau adalah satu-satunya orang yang bisa merebut barang langka seperti itu satu langkah di depanku." katanya.

"Apa aku harus merasa terpuji dengan kata-katamu?" Sahut Andrew, "Tapi baiklah, aku setuju jadi mari kita lihat perempuan mana yang akan kau kencani." Andrew mengedikkan bahu pelan tanpa kesepakanan telh terjalin.

Chris menjatuhkan putung rokoknya kemudian menginjaknya, "Baiklah, mari kita lihat keberuntunganku hari ini," sahut Chris setuju.

Ke empat lelaki itu bersama melihat arah yang sama, "Apa kau yakin akan mendapatkan perempuan yang cantik?" tanya Ben tidak yakin.

"Sekolah kita terkenal dengan kecantikan siswa perempuannya." sahut Martin, Chris manggut-manggut setuju dengan jawaban Martin.

"Kenapa tidak ada yang lewat?" Ucap Andrew.

"Pasti sebentar lagi akan lewat." timpal Martin.

Sekitar lima menit berlalu namun yang lewat tidak ada yang perempuan sampai Ben berseru, "Sepertinya kau mendapatkan gadis yang mudah untuk kau dapatkan Chris." ujarnya sembari menahan tawa.

Ketiga yang lain menoleh, "Apa maksudmu? Sejak tadi belum ada gadis yang lewat." ucap Andrew.

Ben mengedikkan bahu sembari menunjuk sebuah arah menggunakan dagunya, "Gadis itu yang harus kau dapatkan atau mobil kesayanganmu benar-benar menjadi milik Andrew." Ben menyeringai, ia tau menaklukkan seorang gadis bukan perkara sulit untuk Chris, tapi yang satu ini sepertinya akan menjadi tantangan untuk sahabatnya yang satu itu.

Andrew melihat ke arah yang dimaksud Ben kemudian tertawa sembari menepuk lengan Chris, "Aku yakin jika kali ini aku akan menang darimu." katanya.

"Kau dalam masalah Chris, jika tidak bisa memenangkan perempuan itu maka mobilmu akan menjadi milik Andrew." ucap Martin.

Chris mengerutkan keningnya melihat seorang gadis yang sama sekali tidak sexy dan tidak cantik, terlebih benda menyebalkan yang ada di matanya itu, si nerd?

"Apa tidak bisa di ulangi?" tanya Chris, ketiga temannya spontan menggeleng.

"Kau harus membuatnya menyukaimu lalu kau berkencan dengannya baru kau bisa memiliki barang yang ingin kau dapatkan dariku." jawab Andrew tersenyum mengejek.

Chris mendesah, "Ini bukan harapanku." gumamnya.

Sedangkan gadis yang mereka tunjuk tak lain dan tak bukan adalah Raynelle, gadis itu menuju sebuah mobil yang dikemudikan oleh seseorang sampai mobil itu melaju pergi, Chris mengacak rambutnya.

"Bagaimana bisa aku mengencani gadis seperti itu?" ujarnya. Martin menepuk-nepuk bahu Chris lalu Ben berucap.

"Jadi apa kau menyerahkan mobilmu untuk Andrew?" tanya Ben menimpali.

Chris menatap Andrew yang tersenyum kemenangan, "Aku tidak akan menyerah, aku pasti bisa memenangkan taruhan kali ini seperti biasanya." jawab Chris dengan yakin.

Di lain itu di dalam mobil yang di naiki oleh Reynelle, gadis itu kembali melepas kacamata dan mengganti pakaian di dalam mobil tersebut, dari pakaian yang semula serba longgar menjadi sesuatu yang menonjolkan lekuk badannya.

"Menuju ke markas." ucap Raynelle kemudian.

____

Bersambung...