Malam itu setelah meninggalkan rumah Papanya, Kaisar memilih menyetir sendiri, kemudian ia pergi menuju sebuah bar. Tentu saja kehadirannya membuat para gadis langsung mengerumuninya. Namun Kaisar sama sekali tidak peduli. Kaisar kemudian memilih menuju menuju privat room. Karena ia sama sekali tidak ingin di ganggu. Setelah sampai disana di privat room, ia mengeluarkan ponselnya untuk menelpon Hans.
''Hans, segera menuju Red Bar. Aku berada di privat room no. 11.''
''Siap, bos!" Jawab Hans. Kaisar kemudian memutus sambungan telepon begitu saja.
''Haduh, si bos pasti lagi galau nih kalau udah kesana tempatnya. Kalau nggak masalah pekerjaan, ya orang tuanya.'' Gumam Hans yang seolah sudah hafal apa yang menjadi kebiasaan bosnya. Hans yang masih di rumah, segera bersiap menuju Red Bar.
Sudah ada deretan botol vodka di hadapan Kaisar. Kaisar lalu menuangkan kedalam sebuah gelas dan menenggaknya sampai habis. Ekspresi mengernyit tampak pada wajah Kaisar, saat minuman itu masuk kedalam mulutnya. Kaisar lalu menyalakan layar televisi, lebih tepatnya untuk karaoke. Bukan menyanyi, ia hanya sekedar ingin mendengarkan lagu saja.
''Ssshhhh, mama dan papa tidak pernah berubah sama sekali. Aku hanya seperti barang rebutan saja bagi mereka. Aku juga tidak ingin mereka mencampuri urusan pribadiku nanti. Dulu kemana saja? sekarang saling merebutkan.'' Gumamnya sembari menuang vodka kedalam gelasnya dan menenggaknya lagi. Satu botol vodka habis sudah di minum oleh Kaisar. Kini wajahnya memerah dan ia mulai mabuk.
''Bos!" seru Hans yang segera menolong tuannya yang sudah sempoyongan. Kaisar lalu menatap Hans yang sudah ada di sampingnya sambil merangkulnya.
''Kenapa lama sekali?'' ucapnya dengan suara mabuk.
''Bos kan bilangnya mendadak jadi ya maaf. Sebaiknya kita pulang, bos'' Kata Hans sambil memapah tubuh Kaisar menuju mobilnya.
''Ya sudah pulang sana kamu!" kata Kaisar.
''Tapi kan bos sedang mabuk, bahaya lho!"
''Ah sudahlah, aku sudah terbiasa.'' Kata Kai dengan entengnya. Kaisar lalu mulai menyalakan mesin mobilnya dan segera melaju.
''Terus? Apa gunanya aku di panggil kesini? Memang si bos ini keterlaluan,'' gumamnya. Hans segera naik mobilnya dan mengikuti Kaisar dari belakang.
''Makanya bos, buruan nikah kek. Banyak cewek mengantre tapi di tolak melulu.'' Gumam Hans sambil fokus menyetir.
-
''Akhirnya kita menang, Ra!" seru Jeki.
''Yoi lah.'' Kata Ara.
''Ya udah kita pulang yuk! Udah jam 11 nih. Ayah bisa marah ini,'' sahut Joni.
''Iya-iya. Nih Jek, dua juta elo bawa. Sorry cuma bisa kasih ini.''
''Ra, tapi ini banyak banget. Gue nggak berharap dapat segini banyaknya. Kayak biasanya nggak apa-apa, Ra.'' Kata Jeki yang merasa tidak enak pada Ara. Karena Jeki tahu sendiri betapa sulitnya hidup yang Ara lewati selama ini.
''Udah nggak apa-apa, gue ikhlas. Dan ini buat elo, Jon. Ongkos sewa.'' Kata Ara sambil menyodorkan uang lima ratus ribu untuk Joni.
''Kebanyakan, Ra. Biasanya juga nggak segini.''
''Udah nggak apa-apa. Mumpung gue lagi baik.''
''Udah, mending ini buat elo aja. Hari ini gue ikhlas. Gue tahu elo lagi butuh.'' Kata Joni.
''Serius nih, Jon?'' kata Ara.
''Iya lah serius! Udah bawa aja. Besok aja elo traktir gue makan. Mending kita pulang aja sekarang.''
''Thanks ya Jon.'' Ucap Ara sambil menepuk bahu Joni.
''Makasih juga, Ra. Elo emang baik banget. Gue cabut dulu ya,'' pamit Jeki.
''Iya, Jek. Hati-hati.'' Kata Ara. Jeki pun segera berlalu dan pulang.
''Boncengin ya, Jon. Capek gue.''
''Iya deh.'' Mereka berdua kemudian segera pulang.
****************
Saat di persimpangan, Joni dan Ara mengalami kecelakaan karena sebuah mobil yang pengendaranya mabuk. Ya, siapa lagi kalau bukan Kaisar. Beruntung Joni dan Ara tidak apa-apa. Ara yang geram segera bangkit dan mengetuk kaca mobil itu dengan keras.
''Buka pintunya! Nggak lihat apa ada motor? mabuk ya lo?" ucap Ara dengan suara meninggi. Kaisar yang berada di dalam mobil itu lalu membuka pintu mobilnya dan segera keluar. Tubuhnya sempoyongan.
''Heh elo mabuk!" kata Ara sambil mendorong dada Kaisar dengan telunjuknya.
''Mabuk, Jon! Enaknya di apain?'' seru Ara pada Joni yang sedang membangunkan motornya yang masih terkapar.
''Spion gue pecah, Ra. Headlamp juga. Mampus bisa curiga nih bokap! Parah nih orang! Udah tahu mabuk masih nyetir,'' cerocos Joni dengan kesal.
Kaisar yang setengah sadar masih mendengar oborlan Ara dan Joni. Kaisar lalu mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan dari saku kemejanya dan memberikannya pada Ara.
''Nih ganti rugi,'' ucap Kaisar.
''Gimana Jon? Terima apa nggak nih?'' tanya Ara pada Joni yang masih sibuk mengecek motornya, mungkin ada kerusakan lain.
''Terima aja lah, Ra. Dia emang salah kok.'' Kata Joni.
''Oke, gue terima! Hati-hati bro kalau nyetir. Untung kita nggak mati. Kalau kita mati, gue bakal hantuin elo seumur hidup elo. Kita pergi!" kata Ara sambil menepuk bahu Kaisar. Kaisar tersenyum tipis melihat sikap gadis di hadapannya itu. Gadis yang jauh dari kesan anggun. Ara dan Joni lalu segera pergi. Tiba-tiba Kaisar merasa mual dan akhirnya muntah juga.
Huek... huek... huek... huek... Hans yang melihat bosnya sedang tidak baik-baik aja, segera menghentikan mobilnya lalu membantu bosnya.
''Bos tidak apa-apa? Pasti bos kebanyakan minum. Tapi itu kenapa mobil pada baret? dan bamper depannya juga lecet parah.'' Ucap Hans dengan panik. Mata Hans lalu tertuju pada pecahan kaca di jalanan.
''Apa si bos nabrak orang?'' gumam Hans dalam hati. Hans lalu memapah Kaisar menuju mobilnya. Karena Kaisar benar-benar mabuk berat. Hans segera menelepon anak buah Kaisar yang lain untuk mengambil mobil milik Kaisar. Hans lalu mengantar Kaisar pulang ke rumah pribadinya. Sesampainya di sana, Hans membawa Kaisar menuju kamarnya. Ia melepas sepatu dan juga kaos kaki tuannya. Tak lupa ia melonggarkan kancing kemeja Kaisar.lalu menyelimuti tuannya yang malang itu.
''Kasihan juga bos Kai. Punya segalanya tapi kesepian. Cari istri dong, bos.'' Gumam Hans dalam hati sambil bertolak pinggang. Hans yang sudah ngantuk berat lalu memutuskan tidur di sofa ruang tengah rumah Kai.
-
Sedangkan Ara dan Joni merasa pusing, bagaimana cara menjelaskan pada orang tua Joni. Joni memutuskan menuntun motornya saat sampai di depan gang rumahnya.
''Duh, Jon. Kenapa parah gini? Tapi elo nggak apa-apa?'' tanya Ara.
''Gue nggak apa-apa. Nah, elo sendiri gimana?''
''Nih lengan gue nyium aspal. Gara-gara kemeja gue, gue lepas tadi. Jadinya nyium aspal lengan gue. Tapi nggak apa-apalah cuma luka kecil doang.'' Ucap Ara
''Nanti kalau kakek sama nenek elo tahu gimana?''
''Nggak akan tahu. Kan setiap hari gue pakai lengan panjang, udah tenang aja.'' Ucap Ara yang selalu menganggap semuanya akan baik-baik saja.
''Eh tapi motor elo gimana?'' lanjut Ara.
''Nggak apa-apa, Ra. Bilang aja di tabrak orang mabuk. Lagian tuh orang udah ganti rugi.''
''Ya udah, tuh rumah elo udah kelihatan. Mending cepat masuk!"
''Ya udah, Jon. Thanks banget ya.'' Kata Ara sembari berlalu. Ara kembali mengendap untuk masuk lewat jendela kamarnya. Sesampainya di kamar, Ara segera mengobati lengan di sikunya dan memplesternya. Ia kemudian mengeluarkan uang dari saku celananya.
''Besok bisa beliin nenek oven. Semoga kue nenek makin laris. Dan bisa benerin sepedanya kakek. Terus bisa buat beli beras juga besok,'' gumam Ara sambil mengibas-ngibaskan uangnya itu.
Bersambung....