Liam berdiri mematung menatap pusara dengan batu nisan bertulis nama ibunya, Medina. Tak banyak orang yang datang dalam upacara pemakaman. Hujan pun turun begitu derasnya mengiringi lantunan doa yang dikirimkan sebagai bekal perempuan itu di alam baka.
Alexandra menangis tersedu-sedu dibawah payung hitam yang dipegang Sean. Evelyn dan Oktavius berada di sisi pusara yang lain-berhadapan dengannya. Sementara posisi Liam ada di samping kakaknya.
Entah kenapa upacara pemakaman itu terasa sangat singkat seolah-olah para pelayat ingin segera pergi meninggalkan Medina yang baru saja menyatu dengan bumi.
Orang-orang itu pun pergi meninggalkan kuburan Medina. Beberapa melangkah cepat entah karena hujan yang begitu derasnya atau memang tak tahan untuk meninggalkan wanita yang di mata mereka hina dina.
Oktavius dan Evelyn pun pamit lebih dulu supaya mereka bisa mencari tempat untuk berteduh atau bisa langsung saja masuk ke dalam mobil.