"Kak, Abang Ipar bilang, Kakak ingin bicara denganku?"
Suara berat Tora mengalihkan perhatian Tera dari air sungai yang mengalir di depannya. Wanita itu duduk di salah satu batu sungai yang besar, kakinya berendam di dalam air hulu yang dingin dan juga sangat bening. Suhu perbukitan yang sejuk memenuhi udara sekitar, suasana yang membuat Tera mendapat ketentraman dan kenyamanan yang selama ini dirindukannya. Terlalu lama di Ibu Kota Singapura membuat Tera rindu pada suasana pedesaan yang serene seperti ini.
Tera menemukan sang adik berdiri di tepi sungai dengan Bahasa tubuh yang kikuk, pemuda itu terlihat enggan, namun terpaksa datang karena paksaan pria berkuasa yang berdiri tak jauh darinya – Sebastian Lim.
Tuan Lim tampak sibuk dengan panggilan telepon dari sang putri pun berjalan menjauh, membiarkan Tora dan Tera menghabiskan waktu berdua untuk membicarakan segalanya.
"Sini, Dek. Duduk di samping kakak."
Tera menepuk-nepuk batu tempatnya duduk.