"Kenapa senyum-senyum?"
Tera mengangkat wajah hanya untuk menemukan Sebastian yang berdiri di ambang pintu kamar rawat Nora. Pria itu melipat kedua tangan di depan dada, wajahnya kesal dan matanya menyipit tajam. Tera pun menyimpan ponsel ke atas meja, lalu memusatkan perhatian kepada suaminya.
"Kenapa diam? Siapa yang mengirim pesan sampai kamu senyum-senyum seperti itu?"
"Tora bilang sudah sampai rumah dengan selamat dan saya tersenyum penuh syukur, apa itu salah?"
"Oh! Saya kira senyum-senyum sambil memikirkan Ramon Zhang!"
"Anda melihatnya?"
"Kenapa dia datang? Saya tidak mengundangnya!"
Tera memiringkan kepala tatkala mendengar cara Sebastian bicara, pria itu seolah menuduhnya melakukan kejahatan paling kejam di dunia.
"Saya tidak mengundangnya, dan kedatangannya bukan urusan saya."
"Oh, ya? Tapi kalian senyum-senyum terus tadi sore!"
Sebastian melangkah masuk. Pria itu berhenti di depan sofa yang Tera tempati.
