Chereads / Bestfriend With Too Much Benefits / Chapter 1 - Chapter 1 : Does he kiss better than me?

Bestfriend With Too Much Benefits

Namnam_Meow
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 22.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 1 : Does he kiss better than me?

"Maafkan aku..."

"Aku mencintaimu, jangan tinggalkan aku" ucap seorang laki-laki menahan tangan seorang perempuan. "Aku sudah lelah denganmu, tolong jangan datang lagi dikehidupanku, kau sudah menghancurkan semuanya saat kau berhubungan dengan perempuan lain, jika kau mencintainya maka biarkan aku pergi" ujar perempuan itu menghempaskan tangan laki-laki yang justru mengeratkan genggamannya pada pergelangan tangan sang perempuan.

"Aku tidak bisa membiarkanmu pergi karena aku mencintaimu" ujar pria tersebut meraih tengkuk sang perempuan dan segera mendaratkan bibirnya di atas bibir perempuan.

Tik..tik..tik..

Hujan rintik turun membasahi mereka yang tidak melepaskan tautan di bibir masing-masing. Keduanya menutup mata dan menikmati suasana mendukung sampai——

"——CUT!" teriak sang direktur yang langsung membuat perempuan menjauh. Beberapa orang datang menghampiri mereka. Seseorang telah menghentikan cipratan hujan palsu.

"Zoey, kamu ini sangat baik ya dalam berakting, kamu benar-benar bisa membawa orang yang melihat terbawa suasana" ujar sang sutradara menghampiri Zoey yang tersenyum palsu, matanya berputar malas ketika merasakan sebuah tangan mengusap punggung basahnya. Segera managernya datang dan meletakkan handuk pada pundak Zoey.

"Terima kasih, saya izin untuk pulang" ujar Zoey membungkuk sopan. "Terima kasih untuk semuanya, selamat malam" setelahnya dia berpamitan pada seluruh staff dan lawan mainnya.

"Terima kasih atas kerja keras kamu" ucap Zoey tersenyum pada lawan main pria yang baru saja berciuman bersamanya. "Terima kasih sudah membimbingku" ujar pria tersebut. Zoey mengangguk sekali lalu ia melangkahkan kakinya.

"Woah, Zoey benar-benar ramah dan baik sekali, dia juga sangat cantik. Tidak heran di usia mudanya sukses dalam dunia perfilman" ujar banyak orang yang berada di belakang Zoey. Mendengarnya Zoey hanya tersenyum miring. Aktingnya benar-benar bagus sampai orang-orang pun menyangka dirinya adalah seseorang yang memiliki image bagus dan sempurna, namun tidak ada yang tahu bagaimana kehidupan Zoey Aretta Risty di dunia nyata, di luar dunia perfilman yang lebih dikenal sebagai Zoey-Aktris muda tersukses di negeri ini.

"Halo? Eumm, aku baru saja akan keluar, iya okay" ucap Zoey mengakhiri sambungan telepon. "Hari ini aku pulang dengan temanku kau tidak perlu mengantar ke apartemen dan jangan mencari aku kecuali ada jadwal" Zoey beralih berkata kepada manajernya yang kerepotan membawa barang-barang yang digunakan shooting tadi.

Zoey telah berganti pakaian santainya, Ia menggunakan celana panjang dan kaos putih oblong, topi hitam dan masker. Setelah keluar gedung, Zoey melihat ke kiri dan kanan, kemudian berlari menuju mobil sport hitam yang telah berhenti di depan gedung. Ia masuk ke bagian belakang.

"Kenapa di belakang?" Tanya seorang pria yang berada di kursi pengemudi. Zoey menolehkan kepala pada pria tersebut.

"Mobil lo itu jendelanya mahal kan? Gak akan terlihat dari luar?" Zoey bertanya lebih dulu. Pria tersebut menganggukan kepalanya. "Okay, sebelum pergi ke club gue mau ganti pakaian terlebih dahulu" ucap Zoey melepas topi dan maskernya.

"Lo mau ganti pakaian di sini?" Pria itu bertanya dan Zoey dengan santai menganggukan kepalanya.

"Surprise" Zoey mengangkat kaosnya yang membuat sang pria terkejut mengalihkan pandangan. "Gue pakai dress lagi di dalamnya, gue cuma perlu melepas kaos dan celana sudah siap menuju club" ujar Zoey.

"Iya okay, gue jalan sekarang" ucap sang pria melajukan mobilnya. Sedangkan Zoey di bagian belakang sudah mengubah penampilannya. Sesekali pria di depan itu melihat Zoey dari kaca di tengah mobil.

"Lo gak sabar ya mau lihat tubuh seksi gue hah? Lihat jalanan, gue gak mau ada di portal berita besok karena kecelakaan lalu lintas ya Jeffrey" ucap Zoey selesai melipat pakaiannya Ia berpindah tempat ke bagian depan. Saat ini Zoey mengenakan dress di atas lutut dengan bagian atas yang terbuka. Tampilan itu tidak bisa menjaga kuat hasrat milik Jeffrey, sang pria. Dia harus bersabar sampai pulang nanti.

"Gunakan sabuk pengaman" ucap Jefrey yang langsung dituruti Zoey.

"Siapa saja yang datang?" Zoey bertanya sambil menatap Jeffrey di sampingnya. "Seperti biasa" ucap Jeffrey.

"Jeffrey" panggil Zoey pada laki-laki tersebut.

"Hm?"

"Hari ini gue ada kissing scene" ucap Zoey.

"Hm"

"Mulai deh gitu. Gue mau didengar" ucap Zoey lagi.

"Hm"

"Sudahlah..menyesal gue berteman lama sama lo" ucap Zoey melipat tangannya di depan dada.

"Benar lo menyesal? Gue rasa lo senang-senang saja berteman sama gue" ucap Jeffrey menolehkan kepalanya pada Zoey. "Gak juga..berteman sama lo udah bawa gue ke dunia yang bebas dan menyenangkan ini" ucap Zoey yang membuat Jeffrey menyimpulkan sebuah senyum manis.

Jeffrey membanting stir mobilnya ke kiri, Ia mengambil jalan yang sepi, dan menghentikannya di pinggir jalan.

"Lo mau ngapain kenapa berhenti?" Zoey bertanya heran kenapa Jeffrey menghentikan mobilnya.

Sreekk

Jeffrey melepas sabuk pengaman dari kursinya hingga dia bisa bergerak leluasa. Tubuhnya mencondong ke arah Zoey. Menatap manik coklat Zoey yang selalu membawanya ke dalam dunia baru.

"Lo bilang tadi habis kissing scene, jago gak cowoknya tadi?" Jeffrey bertanya mengulurkan tangannya menyentuh bibir Zoey dengan ibu jarinya.

"Hmm, Nggak..dan gue harus melakukannya berkali-kali karena dia kaku banget, parah pokoknya" ucap Zoey memutar bola matanya mengingat kejadian tadi saat shooting dia harus mengulang kissing scene lebih dari lima kali.

"Jelas lo akan merasakan ciuman dari pria lain itu kaku karena lo sudah sering merasakan bagaimana ciuman gue yang bisa memabukan, Aretta" ucap Jeffrey. Sekarang Zoey memutar bola mata karena ucapan Jeffrey. Panggilan Jeffrey pada Zoey terdengar menenangkan, hanya Jeffrey yang bisa memanggilnya dengan panggilan 'Aretta'.

Jeffrey terkekeh menanggapinya. Melihat tatapan Jeffrey, Zoey sudah paham akan kemana pria ini membawanya. Oh! Mengapa harus pergi ke club jika bisa pergi ke hotel sekarang juga.

"Biar gue obati rasa pahit yang lo rasain tadi dengan rasa manis dari bibir gue ini" ucap Jeffrey menangkup kedua pipi Zoey dan membawanya mendekat sampai mempertemukan bibir mereka. Seperti sudah menjadi suatu kebiasaan, Zoey melingkarkan tangannya di leher Jeffrey hingga keduanya berada dalam ciuman yang panas dan penuh nafsu. Tentu Zoey merasa sangat berbeda saat melakukannya bersama lawan mainnya tadi dibandingkan dengan 'teman' yang sudah bersamanya selama sepuluh tahun. Seorang teman yang membuatnya kehilangan segala kepolosan yang dimiliki saat berumur 19 tahun.

Semua berawal dari saat mereka berkuliah. Saat SMA Jeffrey dan Zoey adalah seorang sahabat yang berjanji untuk masuk ke universitas yang sama. Mereka bersama berjuang, mulai dari belajar bersama, les bersama, pulang dan pergi sekolah bersama hingga kebersamaan itu membuat mereka nyaman dan saling membutuhkan satu sama lain.

Setelah mendapatkan universitas yang sama dengan jurusan berbeda, Jeffrey bertemu dengan teman-teman baru. Teman-teman yang membawanya masuk ke dalam dunia malam dan bebas. Dari sana Jeffrey merasa penasaran dan memilih menghilangkan rasa penasarannya itu dengan teman lama yang sudah ia kenal.

Bagaimana dengan Zoey? Sejak dulu Zoey akan mengikuti apapun yang Jeffrey lakukan, dia menuruti sahabatnya itu. Karena Zoey percaya pada Jeffrey yang akan selalu melindungi dirinya dan Jeffrey membuktikan itu dengan selalu ada saat Zoey membutuhkan. Seperti ketika keluarga Zoey yang menentang pekerjaan Zoey sebagai aktris tetapi Jeffrey akan selalu ada untuk terus mendukungnya sampai berhasil seperti saat ini.

Persahabatan keduanya berlanjut sampai sekarang dan mereka sudah menginjak usia 27 tahun. Usia muda namun memiliki karir yang terjamin. Jeffrey Keenan Abigail saat ini adalah direktur keuangan di perusahaan keluarganya dan dalam beberapa tahun ke depan ia akan mendapatkan jabatan tertinggi di perusahaan saat ayahnya turun dari jabatannya, seorang CEO.

"Jeff, kita akan terlambat" ucap Zoey menahan dada Jeffrey untuk menghentikan aktivitas panas mereka. Mereka tidak akan berhenti jika salah satu tidak sadar di mana mereka sekarang. Jeffrey memberi kecupan di leher Zoey.

"Acaranya tidak penting kita hanya bermain tidak ada yang menunggu" ucap Jeffrey melanjutkan kecupan-kecupan lembut namun berbekas itu di leher Zoey.

"Jeffrey" panggil Zoey karena Jeffrey masih saja betah menjelajahi lehernya dengan bibir.

"Okay okay, kita lanjutkan nanti" ucap Jeffrey menjauhi Zoey dan membenarkan posisinya duduk di kursi pengemudi. Ibu jarinya mengusap lipstik merah di pinggir bibir Zoey. Riasan Zoey sekarang sedikit kacau dan itu karena ulahnya. Jeffrey bangga melakukannya karena sekarang Zoey terlihat lebih mempesona.

"Omong-omong, pacar lo nanti datang?" Zoey bertanya.

"Gue udah ajak dia tetapi dia gak mau datang, gue mungkin akan memutuskan hubungan sama dia" ucap Jeffrey kembali melajukan mobilnya.

"Apa?? Gila kali baru dua bulan bersama sudah putus? Jeffrey, sebelumnya lo juga tidak sampai satu bulan berpacaran" ujar Zoey memfokuskan tatapannya pada Jeffrey dari samping.

"Ya memang tidak berjodoh saja, mereka terlalu cerewet dan gue gak suka yang cerewet" ucap Jeffrey.

"Cerewet bagaimana?"

"Gak tau deh, mereka selalu meminta lebih dan menyuruh gue untuk serius sama mereka. Gue belum mau menikah"

"Kenapa sih gak turuti aja, lo juga udah di usia matang buat nikah?"

"Karena….sudahlah gak penting. Lo berhasil mengencani pria yang lo ceritain waktu itu?"

Zoey menggelengkan kepalanya. "Semoga saja dia datang malam ini dan gue bisa lebih dekat dengannya" ucap Zoey.

"Daniel namanya?" Menjawab pertanyaan Jeffrey, Zoey menganggukan kepalanya.

"Dia memang suka pergi ke club, beberapa kali gue bertemu sama dia tapi dari yang gue dengar dia pria baik-baik, cuma suka party aja tanpa bermain macam-macam" ucap Jeffrey.

"Jeffrey, gue ragu sama tipe pria baik-baik menurut pandangan lo itu"

"Zoey, meskipun di sekitar gue tidak ada yang bisa dikatakan pria baik apalagi gue, Menurut gue Daniel lebih baik dari temen gue yang lain buat lo. Gue akan mengizinkannya kalau lo mau mengencani Daniel asal bukan teman-teman gue"

"Iya paham," ucap Zoey. "Pintarnya" Jeffrey mengusap puncak kepala Zoey.

Ketika sudah sampai depan club, Zoey turun sendiri, Jeffrey diharuskan pergi menemui keluarganya. Kejadian seperti ini bukan pertama kali, sudah tidak bisa dihitung lagi berapa kali Ayahnya mengacaukan acara dan rencananya.

"Kenapa?" Zoey bertanya sebelum turun ketika melihat ekspresi wajah Jeffrey berubah setelah mendapatkan telepon dari ayahnya.

"Malam ini seharusnya gue ada acara makan malam dengan teman orang tua gue" ucap Jeffrey menolehkan kepalanya pada Zoey.

"Terus lo sekarang malah ada di sini? Jeffrey, seharusnya lo bilang saja sama gie dari tadi, gue bisa pergi sendiri atau batal datang bermain juga gak masalah" ucap Zoey. "Gue yang gak mau ikut makan malam, mereka mau menjodohkan gue dengan anak teman mereka" ucap Jeffrey membuat Zoey terdiam.

"Belum coba bertemu sama dia lo sudah menolak?"

"Gue kenal sama dia, dia teman kecil gue dulu, meski tidak dekat kami kenal nama dan wajah"

"Lalu masalahnya apa?"

"Pertemuan makan malam itu akan membahas tanggal pernikahan, bisa saja dalam satu bulan gue akan menikah, terus gue gak bisa seperti ini lagi.."

"Kenapa gak bisa? Kita masih bisa bertemu"

"Gue tetap gak mau,"

Zoey menghela nafasnya. Dia tidak bisa memaksa Jeffrey dalam pilihannya dia hanya bisa memberikan saran.

"Yaudah, sekarang cepat pergi ke acara makan malam" ujar Zoey. "Acaranya sudah selesai" balas Jeffrey. Zoey menghela napasnya, pasrah sudah dengan tingkah sahabatnya itu.

"Lo tetap harus menemui orang tua lo dan meminta maaf karena tidak datang. Mereka pasti kecewa Jeffrey"

Kini Jeffrey yang menghela nafasnya. Ia menolehkan kepala pada Zoey. Tangannya menarik tangan Zoey dengan keras hingga tubuh Zoey terhuyung ke depan.

"Okay, bersenang-senang dengan Daniel" ucap Jeffrey kembali menyatukan benda kenyal dan merah. Ia kembali bermain dengan bibir Zoey sebentar. Setelahnya ia menjauh. Keduanya saling menatap sambil mengatur nafas.

"Yaudah, gue turun ya" ucap Zoey merapihkan tampilannya. Ia menoleh pada Jeffrey.

"Bye" Zoey dengan senyumannya melambaikan tangan lalu turun dari dalam mobil.