"Udah aku bilang, hidup kamu akan menderita kalau sama dia. Selama ini kamu baik-baik aja, mana pernah begini?"
"Di depan ada Mama kamu, kita pulang, kamu pindah rumah sakit di Jakarta aja. Anak kita butuh kamu, Sean."
Sudah setengah jam lebih otak Sean dipaksa berfikir dan mencerna. Kedatangan Jihan yang tiba-tiba tentu saja mengagetkan. Dari mana Jihan tahu soal ini? Tahu dari mana juga detal rumah sakitnya? Rasanya tidak mungkin kalau Reva yang memberitahu, bahkan Sean tidak berfikir kalau ini ulah Nisa atai Fian. Mereka semua ada dipihak Reva, tentu tidak akan melakukan ini.
Bukan kata-kata Jihan yang memenuhi otak, tetapi Sean sedang memikirkan Reva. Kalau Jihan dan Mamanya ada di sini, lalu bagaimana dengan Reva? Apa mereka sudah bertemu? Sean tidak bisa membayangkan, pasti Reva sangat takut.
"Jihan."
"Iya, aku di sini. Kamu mau apa? Butuh apa? Kasih tau, nanti aku ambilin. Atau perut kam--"