Sesuai dengan dugaan-dugaannya sejak tadi, saat keduanya masuk ke dalam kantor, hampir semua orang menatap walaupun hanya beberapa detik. Saat ini Sean masih berusaha sabar, masih berusaha kalem karena telinganya tidak mendengar nyinyiran. Tangan kekar Sean masih sangat posesif memeluk erat pinggang Reva. Sedangkan Reva, dia hanya menunduk.
"Selamat siang, Pak, selamat siang Neng Repa."
Mendengar sapaan dari suara tak asing membuat Reva mengangkat wajahnya. Tepat di samping Reva berdiri seorang satpam dengan senyum lebarnya. Mungkin bagi orang lain senyuman itu seperti menjelekkan, namun tidak bagi Reva. Layaknya sahabat baru bertemu, Reva seketika heboh mendapati Pak Ilham--satpam kesayangannya masih ada.
"Bapak negur saya?"
"Negur ubur-ubur."
"Ish!" Reva mendelik tajam ke arah Sean. "Bapak apa kabar? Gimana juga kabar Pak RT yang ayamnya meninggal?" lanjutnya.