'Itu suami saya, Mas!'
Suara riang itu terus berputar indah di dalam otak Jihan. Tubuhnya seketika melemas, hatinya mencelos jatuh entah ke mana. Jihan mundur, menyandarkan tubuhnya pada gerbang rumah. Emosinya kembali bergejolak, ternyata ini semua benar, tanpa ada kesalahan lagi.
Kedua kaki Jihan lemas, saking lemasnya dia tidak bisa bertumpu dengan benar. Ya Tuhan, fakta macam apa ini? Suami dan sahabatnya berkhianat? Suami yang selama ini Jihan anggap sempurna, begitupun dengan Reva yang sudah Jihan anggap adik sendiri, ternyata sangat menjijikan di belakangnya.
"Apa kamu yakin makanannya dibawa masuk?"
"Iya, Mbak, langsung diterima lalu dibawa masuk. Apa tugas saya sudah selesai? Kalau sudah, saya permisi pergi."
Jihan hanya mengangguk. Sebelum pria dia depannya pergi, Jihan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah lalu memberikannya kepada pria tersebut.