'Sean, di rumah aku ada Jihan, dia dateng dari pagi. Aku takut, Sean. Tapi kamu jangan ke sini, nanti Jihan curiga.'
Sean melempar ponselnya ke atas meja. Baru saja dia selesai meeting, tetapi sudah mendapat kabar tidak mengenakan dari Reva. Apa iya istrinya ada di sana? Tapi untuk apa? Apa tidak cukup semalam mereka bertengkar hebat?
Untung saja para clientnya sudah ke luar, Sean jadi bebas memaki dan mengumpat tanpa hambatan. Ingin Sean menyusul ke sana, tetapi apa yang Reva katakan benar. Kalau tetap nekat, pasti Jihan curiga kenapa Sean bisa tahu.
Ponsel yang sudah terlempar, buru-buru Sean ambil kembali. Tidak membutuhkan waktu lama, dengan cekatan Sean memencet tombol call pada nomer istrinya itu. Satu kali tidak ada respon, Sean kembali mencoba sampai tiga kali. Nomernya aktif, namun tidak diangkat.
Sean merasa, kalau Jihan sengaja melakukan ini. Karena sangat tidak mungkin kalau dia tidak mendengar, apa lagi dia lagi di rumah, bukan ditempat ramai.
