Rasa pusing dan mual yang menyerang, membuat Reva harus susah payah ke kamar mandi. Hal itu buka sekali atau dua kali, namun empat kali. Tubuhnya sudah lemas, ditambah muntah-muntah, tentu saja semakin terkulai.
Niatnya mau merebahkan kembali tubuhnya, tetapi Reva mengurungkan. Dia memilih duduk, bersandar pada sanggahan kasur. Tubuhnya masih terasa dingin, mungkin efek hujan-hujanan kemarin. Andai saja Ibunya tahu, habis sudah Reva kena ceramah.
Masih sama seperti semalam, kamarnya masih sangat sepi dan sunyi. Hanya sinar matahari yang memaksa masuk melalui celah jendela. Setelah hujan kemarin, sepertinya cuaca kali ini akan terang.
Tangan Reva terulur membuka laci meja di sampinhnya. Ponsel yang biasanya menyala, kini mati total. Karena butuh, Reva pun kembali mengaktifkannya. Sambil menunggu, dia kembali memejamkan mata sembari memukul-mukul perutnya.
Ternyata semua ini realita, semua fakta tidak ada yang berubah, kehamilan itu tetap ada dan bersemayam di dalam perutnya.