"Lepasin dulu tangan saya, Reva."
"Saya mau ambil minum, apa kamu ga dengar?"
"Nggak mau, Sean!"
Sean berdecak kesal melihat tingkah wanita di sampingnya. Sudah hampir tiga puluh menit, wanita itu terus saja memeluk lengannya. Mungkin untuk lengan masih mending, tadi Sean dibuat terbelalak kaget karena Reva terus bergelayutan di kakinya.
Rasanya Sean sudah salah langkah kali ini.
Tidak seharusnya Sean terjebak dengan bocah tidak jelas seperti ini.
Untung sabarnya masih banyak, andai saja tidak, mungkin sejak tadi sudah Sean tendang jauh-jauh.
"Aku ga mau pulang, kamu juga ga boleh pulang."
"Sean?"
"Jangan pulang, Sean."
Tanpa menggubris perkataan Reva, Sean terus saja melangkahkan kakinya ke arah dapur. Haus bukan sembarang haus, tetapi Sean benar-benar haus sejak tadi mengoceh tanpa henti. Sedangkan yang diocehkan berlagak seperti monyet minta pisang.
"Re, kamu bisa duduk dulu? Saya mau minum, saya mau potong bu-"