Chereads / Jika Takdir Berkehendak / Chapter 22 - Ungkapan Perasaan Ali

Chapter 22 - Ungkapan Perasaan Ali

Tanpa terasa waktu cepat sekali berlalu, kini Fatimah dan Putri sedang melaksanakan Penilaian Akhir Semester atau akhir pembelajaran dari tahun pertama. Mereka berjuang dengan baik untuk mendapatkan nilai yang memuaskan, karna di semester selanjutnya pasti akan lebih sulit lagi dari saat ini.

Di sisi lain, Ali dan Aziz mulai menjalani sidang skripsi yang sudah mereka buat beberapa bulan kemarin. Tidak mudah memang, tapi senangnya mereka saat tema dan judul skripsi mereka di terima dosen tidak bisa di ungkapkan. Padahal skripsi mereka sedikit sensitif, tapi dosen itu malah terlihat puas dengan hasil skripsi mereka.

Hanya tinggal menghitung hari saja sampai mereka pindah ke tempat yang baru, Fatimah dan Putri ke semester 4 sedangkan Ali dan Aziz akan segera wisuda dan tidak lagi berkuliah di universitas itu. Ada banyak sekali kenangan mereka di kampus, tapi mengingat hubungan mereka yang tidak lagi seperti dulu rasanya sedikit menyedihkan.

Terutama untuk Ali, ia sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya menyebabkan Fatimah menjauh darinya. Padahal masalah pribadinya dengan Putri sudah selesai, tapi nyatanya gadis itu masih saja menjauhinya. Padahal ini minggu terakhir ia berada di kampus, karna akhir minggu itu acara wisuda dan pelepasan akan di laksanakan. Tentu setelah acara itu Ali tidak akan ke kampus lagi, karna ia harus bekerja di perusahaan sang ayah yang berada di luar negeri.

Setelah berpikir cukup panjang, Ali memutuskan untuk menyatakan perasaannya pada Fatimah sore itu. Ia tidak ingin ada penyesalan karna menyimpan cintanya terlalu lama, apalagi ia akan pindah dan tidak lagi kuliah di sana. Setidaknya perasaannya sudah di ketahui, dan ia tidak akan menyesal untuk itu.

Ali mengirimkan sebuah pesan chat pada Fatimah, setelah dua menit pesan itu pun terbaca. Ali tersenyum puas, lalu ia melangkah meninggalkan area kampus depan. Aziz yang melihat tingkah aneh Ali jadi penasaran, akhirnya ia mengikuti temannya itu tanpa di sadari. Di sisi lain hal yang sama juga terjadi pada Fatimah dan Putri, setelah mendapat pesan tiba-tiba Fatimah langsung pamit pada Putri. Karna Putri merasa aneh, ia pun mengikuti Fatimah.

Aziz langsung bersembunyi saat mendengar langkah kaki mendekat, ternyata itu Fatimah dan di belakangnya ada Putri. Sepertinya Aziz mulai paham apa sebabnya Ali bertingkah aneh, ternyata dia akan bertemu dengan pujaan hatinya. Tetapi ada Putri di sana, tentu situasinya tidak akan baik. Walaupun begitu Aziz tetap membiarkan Putri tau bagaimana perasaan Fatimah dan Ali, karna mereka berhak bahagia memiliki rasa yang sama.

Ali duduk di kursi sambil menikmati suasana tenang di tempat favoritnya belakang sekolah, tidak lama kemudian Fatimah datang dan berdiri di sampingnya. Seketika senyum Ali timbul, lalu ia membuka matanya dan bergeser ke sisi bangku yang lain.

"Assalamualaikum, ada apa kak Ali memanggilku kesini?" Ucap Fatimah langsung ke intinya.

"Waalaikum sallam, duduk dulu." Jawab Ali meminta.

Fatimah pun menghela nafas panjang, lalu ia duduk di sisi samping Ali yang tadi di duduki pria itu.

"Sebenarnya ada yang ingin aku katakan padamu, setidaknya sebelum aku pergi kamu harus tau tentang ini." Ungkap Ali dengan serius.

Mendengar hal itu Fatimah langsung menoleh, wajahnya terlihat bertanya-tanya tapi tatapan matanya menunjukkan kesenduan yang tidak bisa di jelaskan oleh kata-kata.

"Apa yang ingin kakak katakan sampai aku harus tau?" Tanya Fatimah langsung.

Ali tersenyum, lalu ia menoleh sesaat pada Fatimah dengan tatapan yang begitu dalam. Lalu ia kembali menatap ke depan, dan mulai mengatakan isi hatinya.

"Kamu ingat, di sini kita pertama kali bertemu. Di saat orang lain tidak bisa menemukan aku, kamulah orang pertama yang datang tanpa niat menemui aku. Saat itu aku merasa jika kamu sangat menarik, sangat berbeda dari gadis-gadis lain yang mengejar aku. Fatimah atau Ima, kedua nama itu terasa tidak asing untuk aku. Bahkan tanpa sadar aku malah semakin tertarik untuk memperhatikan kamu, semua sikap dan ekspresi wajahmu benar-benar menghiburku. Mungkin ini terlalu cepat, tapi aku tidak ingin menyesal karna menyimpan perasaan ini sendiri. Aku akan berkata jujur dan apa adanya, mengingat waktu bertemu kita mungkin hanya sampai saat ini. Setelah wisuda aku tidak akan bisa ke kampus ini lagi, karna aku akan meneruskan perusahaan orang tuaku di London. Jadi sebelum pergi, aku ingin mengatakan hal ini. Fatimah, aku menyukaimu. Dan mungkin lebih dari itu, tapi aku tidak akan memperjelasnya. Cukup kamu tau perasaanku, hanya dengan itu aku merasa lega. Aku tidak tau kenapa kamu menjauh, rasanya hatiku sakit melihat kamu tidak lagi mau dekat denganku. Tapi ya sudahlah, kita bahkan akan terpisah sangat jauh. Terima kasih sudah mendengarkan kata-kataku, aku harap kamu selalu bahagia dengan kehidupanmu ini." Jawab Ali menjelaskan dengan tulus dan apa adanya.

Seketika Fatimah terdiam terkejut, tubuhnya kaku bagai di paku di tempat itu. Ia benar-benar tidak menyangka jika Ali akan menyatakan perasaannya saat ini, dan pada dirinya. Wajah shock tentu Fatimah perlihatkan, karna memang itulah yang ia rasakan saat ini. Bahkan bibirnya kelu untuk sekedar mengeluarkan satu huruf, suaranya seakan hilang entah kemana.

'Ya Allah, kenapa kak Ali malah menyatakan perasaannya padaku? Dan apa ini? Kenapa jantungku jadi berdebar begitu cepat? Rasanya seperti ada kesenangan di hatiku, tapi apakah perasaan ini benar? Bagaimana dengan Putri?' batin Fatimah bertanya-tanya.

Sungguh Fatimah di buat bingung dengan situasi itu, ia benar-benar tidak tau jika Ali menyukainya dan Fatimah benar-benar tidak menyangka jika perbuatannya menjauhi pria itu malah menyakitinya. Fatimah dilema, ia jadi tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.

"Kak Ali serius? Bagaimana bisa?" Gumam Fatimah bertanya-tanya.

Ali tersenyum geli, ekspresi Fatimah saat ini benar-benar membuatnya ingin tertawa.

"Yang namanya perasaan tidak bisa di paksakan, suka-suka hati mau berlabuh dimana. Manusia tidak bisa menentukan hal itu, karna takdir yang sudah memastikannya." Jawab Ali dengan kekehannya.

Fatimah terdiam, apa yang Ali katakan memang benar. Masalah perasaan manusia tidak bisa mengaturkan, karna takdir sudah menuliskan dengan jelas dimana akhirnya.

Di sisi lain, Putri dan Aziz masih menatap dua orang itu dengan tatapan yang berbeda. Aziz dengan senyum puasnya, sedangkan Putri dengan tatapan kesal dan marah. Benar-benar sangat menyebalkan, Putri yang menyukai Ali sejak awal datang ke universitas itu tapi malah Fatimah yang mendapatkan perasaannya. Rasanya sangat menyakitkan, bahkan secara perlahan mata Putri pun berkaca-kaca. Karna tidak tahan lagi Putri pun meninggalkan tempat itu, tapi sayang dia menginjak bekas botol plastik hingga menimbulkan suara cukup keras.