Chereads / Jika Takdir Berkehendak / Chapter 21 - Baikan

Chapter 21 - Baikan

Setelah pertengkaran hari itu, hubungan Fatimah dan Putri benar-benar merenggang. Bukan hanya itu, bahkan Fatimah juga sampai menjauhi Ali karna merasa jika Ali lah penyebab dari perpecahannya dengan Putri. Sedangkan Ali malah merasa bingung dengan perubahan sikap yang terjadi, Putri jadi lebih sering mendekatinya tapi Fatimah malah menjauhinya. Di sisi lain, Ali juga tidak enak dengan Aziz karna hal itu.

Entah apa yang terjadi sebenarnya, tapi semua terlihat tidak baik-baik saja. Perubahan ini sangat aneh, seperti sesuatu yang salah dan harus segera di perbaiki. Jika tidak, maka mereka akan terpisah selamanya. Fatimah bertekad, ia harus menyelesaikan masalahnya dengan Putri secepat mungkin.

Hari itu Fatimah dan Putri berada di satu kelas yang sama, hanya saja mereka tidak lagi duduk berdampingan. Fatimah di sisi kanan, sedangkan Puri di sisi kiri. Setelah kelas di akhiri semua mahasiswa membubarkan diri, Fatimah pun bergegas menghampiri Putri.

"Assalamualaikum Ri, kita harus bicara." Ucap Fatimah langsung.

"waalaikum sallam, bicara apa? Mau menyalahkan aku lagi?" jawab Putri sedikit ketus pada Fatimah.

Mendengar tuduhan Putri, Fatimah pun menggeleng pelan. Karna memang bukan itu maksudnya menyapa Putri, ia hanya ingin memperbaiki hubungan yang rusak di antara mereka agar kembali membaik.

"bukan itu Ri, aku ingin hubungan kita membaik tidak patah seperti ini." Balas Fatimah dengan serius.

"memangnya hubungan kita seperti ini salah siapa? Jika saja kamu tidak terlalu berisik tentang hidupku, semua ini juga tidak akan terjadi." Tekan Putri pada Fatimah.

Fatimah menatap Putri dengan sendu, padahal ia hanya mengingatkan saja tapi ternyata Putri menganggap jika apa yang Fatimah lakukan itu keterlaluan. Sepertinya tidak ada jalan lain, Fatimah harus meminta maaf walaupun ia sama sekali tidak merasa bersalah.

"ya sudah, aku minta maaf kalau memang peringatan aku itu terlalu berlebihan. Tapi tolong, jangan hancurkan pertemanan kita yang sudah 3 tahun ini karna hal itu." Ungkap Fatimah dengan tulus.

Putri menatap Fatimah sesaat, sebenarnya ia juga setuju dengan perkataan Fatimah itu. Masa iya hubungan pertemanan yang sudah berjalan 3 tahun itu hancur begitu saja, apalagi alasannya hanya karna nasehat tentang pria.

"iya, sudah aku maafkan. Tapi jangan lagi terlalu jauh ikut campur dalam urusan pribadi masing-masing, hanya sekedar tau saja." Jawab Putri dengan serius.

Fatimah mengangguk paham, walaupun nantinya ia akan tetap menasehati Putri tapi ia akan lebih hati-hati dalam memilih katanya. Bagaimana pun Fatimah akan selalu mengingatkan Putri, hanya saja lebih terbatas dari pada sebelumnya.

"baiklah, akan aku usahakan." Balas Fatimah dengan senyumnya.

Putri mengangguk setuju, dan mulai detik itu Fatimah dan Putri sudah berbaikan. Senyum di bibir keduanya semakin memperjelas hal itu, lalu mereka berpelukan sebagai tanda jika mereka rindu akan kebersamaan yang hampir 3 hari ini tidak terjadi lagi.

"akhirnya baikan, aku benar-benar rindu dengan kedekatan kita yang seperti ini." Ungkap Fatimah dengan tatapan berkaca-kacanya.

"aku juga, rasanya seperti kesepian saja." Jawab Putri setuju dengan perkataan Fatimah.

Mungkin karna mereka terbiasa bersama, jadi di saat berjauhan itu rasanya sangat berbeda dan tidak biasa. Seperti ada yang hilang, dan bagian seru dari hidup itu menjadi kosong. Begitulah ikatan di antara mereka, tanpa di sadari mereka sudah begitu jauh melangkah bersama hingga rasanya terbiasa. Dan di saat masalah datang dan memisahkan mereka, hati mereka merasa kehilangan dan menjadi hampa.

"ya sudah yuk pulang, di sini juga sudah sepi." Ajak Fatimah pada Putri.

"Iya ayo, semua juga sudah pulang ke rumah." Balas Putri setuju.

Akhirnya Fatimah dan Putri melangkah keluar kelas, mereka sama-sama berjalan menuju pintu keluar universitas. Rasanya sudah cukup lama mereka tidak melakukan hal itu, padahal hanya dua hari saja mereka saling diam-diaman tapi entah kenapa rasanya seperti berbulan-bulan. Mungkin karna mereka sudah terbiasa bersama, jadi saat tidak lagi bersama rasanya tidak senyaman biasanya.

Di saat Fatimah dan Putri melewati halaman kampus, tiba-tiba Ali dan Aziz memanggil. Seketika Putri langsung berhenti melangkah dan menatap Ali dengan senyum, sedangkan Fatimah malah sebaliknya. Fatimah merasa jika pria itu mengganggu momen kebersamaan antara dirinya dengan Putri, senyum di wajahnya pun seketika langsung hilang entah kemana.

"Assalamualaikum." Salam Ali dan Aziz.

"Waalaikum sallam." Jawab Putri dan Fatimah.

"Wah, akhirnya kalian bersama lagi." Ungkap Ali dengan senyumannya.

Mendengar hal itu Fatimah mengalihkan pandangan ke arah lain, sedangkan Putri malah tersenyum senang karna di perhatikan oleh pria yang di sukai olehnya akhir-akhir ini.

"Iya kak, Alhamdulillah. Lagipula kan tidak boleh marah-marahan lebih dari tiga hari, dosa kan?" Balas Putri dengan percaya diri.

"Benar sekali, syukurlah kalau begitu." Jawab Ali lega.

Ali tersenyum tipis, akhirnya apa yang di harapkan terwujud juga. Dua hari yang lalu sikap Fatimah berubah padanya, menjadi dingin dan terkesan menghindar. Bahkan wajahnya selalu murung, dan tidak ada lagi senyuman yang menggetarkan hatinya. Setelah di cari tau, ternyata Fatimah dan Putri sedang bermasalah. Entah apa yang mereka ributkan, tapi dampak dari kejadian itu sangat buruk untuk perubahan sikap Fatimah padanya.

Kini hubungan kedua gadis itu sudah membaik, tentu akan berdampak juga terhadap sikap Fatimah pada Ali. Fatimah juga tidak terlihat menjauh darinya, walaupun ekspresinya masih jelas menghindar.

"Ya sudah kak Ali, dan kak Aziz kita duluan ya? Assalamualaikum." Pamit Fatimah langsung menarik Putri menjauh dari sana.

"Waalaikum sallam." Jawab Alu dan Aziz dengan bingung.

"Kok mereka buru-buru sekali ya? Apa ada keperluan?" Gumam Aziz bertanya-tanya.

"Aku tidak tau." Jawab Ali seadanya sambil menatap punggung Fatimah yang semakin menjauh.

Sedangkan Putri kembali merasa kesal pada Fatimah karna menariknya dari hadapan Ali, protes pun Putri ajukan pada temannya itu.

"Duh kenapa di tarik si Ma? Kenapa, kamu mau nasehati aku lagi?" Protes Putri langsung.

"Kalau kita lebih lama di sana, aku pasti akan nasehati kamu terus. Tapi karna kita sudah menjauh, jadi aku tidak akan menasehati kamu." Jawab Fatimah apa adanya.

"Hah? Kenapa begitu?" Tanya Putri heran.

"Ya soalnya kamu masih di tahap wajar, kalau sudah berlebihan baru aku tegur." Jawab Fatimah menjelaskan.

"Bisa begitu ya?" Gumam Putri aneh.

"Bisalah, sudah ayo kita pulang." Jawab Fatimah langsung.

Putri mengangkat alisnya heran, tapi ia tetap mengikuti kemauan Fatimah lalu mereka naik angkutan umum. Sebenarnya Putri tidak perlu naik angkutan umum seperti Fatimah, karna faktanya dia bisa di jemput kapanpun oleh supir pribadinya. Putri berasal dari keluarga yang cukup kaya, tapi ia lebih memilih untuk bersama dengan temannya menaiki angkutan umum.